JAKARTA - Hasil tes urine Afriyani Susanti (29 tahun), menunjukkan wanita berbadan subur ini mengkonsumsi wiski, ekstasi dan ganja. Kemungkinan juga shabu-shabu. Benarkah mengkonsumsi narkoba dan alkohol bisa meningkatkan resiko kecelakaan hingga 10 kali lipat?
Menurut Sumirat Dwiyanto, humas Badan Narkotika Nasional (BNN), pemakaian narkoba dapat mempengaruhi cara berpikir, konsentrasi, akurasi dalam analisa mengambil keputusan saat mengendarai kendaraan.
“Kapan harus menyalip, memindah gigi hingga menikung harus dilakukan secara akurat supaya tidak terjadi pengambilan keputusan yang meyebabkan kecelakaan,” ujar Sjumirat.
Menurut Prof. Dr. Yahdiana Harahap MS, pakar obat-obatan dari Universitas Indonesia, kandungan narkoba seperti methamphetamine mampu membuat orang merasakan eforia setelah itu kehilangan konsentrasinya.
“Pertama tama pengguna akan mengalami pengaruh eforia yang sangat berlebihan. Sehingga dia akan melakukan apapun karena pengaruh obat-ibatan tersebut. Eforia yang timbul seperti perasaan senang berlebihan, tidak merasa capek layaknya doping,” terang ahli yang mendalami soal methamphetamine untuk meraih gelar S2-nya itu.
Namun eforia itu durasinya terbatas, antara 2 hingga 5 jam tergantung dengan kualitas dan kuantitas obat yang dikonsumsinya. “Zat itu akan bekerja dalam tubuh dan menimbulkan rasa kantuk sesudah masa durasi habis sehingga membuat konsentrasi buyar. Sehingga itulah akan berbahya bagi pengguna yang mengendara butuh konsentrasi tinggi,” ungkapnya.
Yahdiana menambahkan dampak methamphetamine akan semakin memburuk dalam tubuh jika seseorang tersebut juga mengkonsumsi alkohol dalam jarak waktu yang berdekatan. “Dengan juga minum alkohol, membuat otak tidak berfungsi dalam kesadaran,” lanjut Yahdiana.
Ada beberapa macam jenis narkoba. Yakni kokain, amphetamin, methampethamin, heroin hingga cannabis (ganja). “Pada umumnya itu bersifat stimulansia, mampu merangsang supaya tetap terjaga dan aktif (ampthetamin dan methampethamin). Heroin bersifat depresan/menekan susunan syaraf pusat yang mengakibatkan tenang dan cenderung menyendiri. Kalau ganja mengakibatkan efek halusinasi bagi pemakainya,” sambung Sumirat.
Menurut Yahdiana, penggunaan narkoba dapat mempengaruhi kemampuan mengemudi dan meningkatkan resiko mengalami kecelakaan hingga 10 kali lipat dari keadaan normal.
Ketika ditanya berapa lama efek tepat setelah memakai narkoba buat mengendara, Yahdiana tak bisa ngomong banyak. “Dalam kasus sudah pakai, sebaiknya stay dulu sampai benar-benar normal, silakan baru mengendara lagi. Paling bagus ya tidak pakai narkoba,” sambar Yahdiana.
Lalu bagaimana dengan pengguna yang paranoid? Secara tegas Kombes Pol Nugroho Aji Wijayanto, jangan men gemudi. “Bagi pemakai yang kemudian mengalami paranoid ketakutan berlebih, ya sebaiknya tidak usah iseng mengendara mobil ujar Direktur Narkoba Polda Metro Jaya itu.
Penulis : Bud • Teks Editor : Bagja • Foto : dok. Otomotif
Tidak ada komentar