UGM.AC.ID
Dosen Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, dr. Susanna Hilda Hutajulu, Sp.PD., Ph.D
YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kanker nasofarings atau nasopharyngeal carcinoma (NPC), adalah yang kanker yang menyerang bagian atas tenggorokan di belakang telinga. Di Indonesia kejadiannya menempati urutan paling sering di antara kanker lain di bagian atas leher dan terbanyak ke-5 dari semua kanker.
Seperti kanker yang lain, metode deteksi dini NPC belum berkembang dengan baik. Akibatnya sebagian besar penderita kanker nasofarings datang dalam keadaan stadium lanjut. NPC pada stadium dini jarang ditemukan, hanya kurang dari 10 persen saja. Terlebih gejala NPC sering tidak khas, misalnya hidung tersumbat, hidung berdarah, gangguan pendengaran, nyeri kepala, pandangan ganda dan adanya benjolan di leher.
Prihatin dengan kondisi itu, Susanna Hilda Hutajulu, dosen Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, bersama timnya, sejak tahun 2002 telah melakukan penelitian, untuk menemukan cara cepat deteksi dini kanker nasofaring.
Susana berhasil menjadi pemenang pertama kategori penelitian terbaik dalam kompetisi Ristek-Kalbe Science Award (RKSA) 2012 pada 7 September lalu, menyisihkan 68 peneliti dari 16 Provinsi. "Karena tidak spesifik, gejala-gejala tersebut sering terabaikan dan pasien terdiagnosis setelah kanker meluas dan parah. Umumnya terjadi pada usia produktif sekitar 40-an tahun, mereka sering mimisan, pilek dan batuk seperti hidung tersumbat. " kata Susanna, Selasa ( 23/10/2012).
Area nasofarings sendiri letaknya tersembunyi, sehingga adanya benjolan kanker yang sangat kecil dan dini tidak tampak baik oleh pasien atau oleh dokter saat pemeriksaan fisik secara umum. Metode deteksi yang dikembangkan, lanjut Susanna, adalah metode skrining marker EBV atau deteksi keberadaan virus Epstein-Barr virus.
Metode deteksi EBV tersebut dapat diperiksa pada sampel darah dan sikatan epitel nasofarings dan telah digunakan sebagai konfirmasi diagnosis dengan pembanding biopsi. "EBV telah diteliti sebagai faktor yang paling erat kaitannya dengan kejadian NPC, Penelitian kami menunjukkan bahwa marker metilasi memiliki nilai diagnostik yang baik dengan sensitivitas dan spesifisitas diatas 90 persen dalam membedakan antara pasien NPC dengan orang normal," kata Susanna.
Lebih lanjut, Susanna mengatakan, penyebab NPC bersifat multifaktorial meliputi faktor genetik, epigenetik, radang kronik di area nasofarings dan faktor lingkungan. Yang termasuk faktor lingkungan adalah paparan bahan-bahan yang bersifat karsinogenik seperti asap rokok dan makanan tertentu yang diasinkan atau diawetkan.
"Kebiasaan merokok dan mengonsumsi makanan yang dibakar dan diawetkan akan mengaktifkan virus Epstein-Barr virus (EBV) yang sudah ada dalam tubuh manusia," ujarnya.
Tidak ada komentar