Image: Corbis
JAKARTA - Pengelolaan keuangan sangat
dibutuhkan tidak hanya bagi karyawan maupun pengusaha tapi juga harus
dimulai sejak dini. Sebagai seorang mahasiswa tentu kita harus mulai
belajar bagaimana mengelola keuangan yang baik demi masa depan yang
menjanjikan.
Untuk itu, dalam talkshow Mengukur
Kecakapan Finansial Anda dengan tema "Memanajemen Keuangan Pribadi
Sebagai Bagian dari Kunci Hidup Sukses dan Bermakna", seorang pakar
keuangan asal Amerika Dennis Trittin pun berbagi kunci sukses mengelola
keuangan. Menurut Dennis, terdapat enam pilar dalam pengelolaan
keuangan.
"Keenam pilar tersebut menyangkut pengaturan atau pengelolaan (managing), pendapatan (earning), pengalokasikan (distributing), investasi (investing), tabungan (banking), dan proteksi atau asuransi (protecting)," ujar Dennis di @america, Pacific Place, Jakarta Selatan, Senin (6/8/2012).
Dalam
mengatur keuangan, kata Dennis, tiap orang harus memiliki komitmen.
Setiap orang juga harus punya tujuan yang ingin dicapai sehingga
keuangan kita dapat teratur dan terencana dengan baik.
Dennis
menyebut, saat mengalokasikan pendapatan, harus ada skema tentang
pos-pos pengeluaran. "Dari pendapatan, sebesar 10 persen dialokasikan
untuk amal, 20 persen untuk investasi, dan 70 persen sisanya untuk
pengeluaran sehari-hari," tuturnya.
Fasilitas kartu kredit,
tambah Dennis, merupakan musuh utama yang harus dihindari ketika ingin
melakukan pengelolaan dengan tepat. "Jangan lupa, kita harus punya
tabungan untuk berjaga-jaga jika ada keadaan darurat. Dan penggunaan
kartu kredit sebaiknya dihindari. Usahakan selalu membeli barang dengan
uang tunai karena kartu kredit membuat pengeluaran cenderung tidak
terkontrol," imbuhnya.
Menurut Dennis, saham merupakan salah satu
jenis investasi yang cukup menjanjikan. Jenis investasi ini, katanya,
dapat dilakukan sejak muda.
"Namun, jangan hanya memilih jenis
saham berdasarkan rasa kedekatan atau familiar. Anak muda di AS yang
cenderung memilih saham perusahaan berbasis teknologi seperti Apple.
Padahal jenis saham berbasis teknologi lebih fluktuatif dibandingkan
perusahaan berbasis produk makanan yang stabil," paparnya.(rfa)
Tidak ada komentar