Penyebaran ini bisa membawa kehancuran bagi burung kutub yang tak pernah menghadapi dan tak punya sistem pertahanan tubuh terhadap malaria.
Elang bondol alaska. (Thinkstock)
Malaria merupakan penyakit yang biasa ditemukan di kawasan tropis atau subtropis. Namun kini, penyakit itu telah ditemukan pada burung-burung di Alaska, dan perubahan iklim global akan mendorong penyebarannya lebih jauh lagi ke utara. Kesimpulan tersebut merupakan hasil studi yang dilakukan oleh para peneliti dari San Francisco State University, dan dipublikasikan di jurnal PLoS One.
Menurut Ravinder Sehgal, salah satu peneliti, penyebaran tersebut bisa membawa kehancuran bagi burung-burung kawasan kutub yang tidak pernah menghadapi penyakit seperti itu dan tidak memiliki kekebalan tubuh terhadap penyakit yang bersangkutan. Yang menarik, temuan ini juga bisa membantu para ilmuwan untuk memahami dampak perubahan iklim pada malaria yang menyerang manusia, yang disebabkan oleh parasit serupa.
Dalam studinya, para peneliti mengamati sampel darah dari burung-burung yang dikumpulkan dari empat kawasan berbeda dengan Anchorage sebagai kawasan paling selatan, Denali dan Fairbanks sebagai kawasan tengah, dan kawasan Coldfoot yang mewakili titik paling utara, atau sekitar 900 kilometer dari Anchorage, Alaska.
Menggunakan citra satelit dan data lain, peneliti berhasil memprediksi bagaimana lingkungan bisa berubah akibat pemanasan global dan bagaimana parasit malaria mampu bertahan hidup di masa depan. Diperkirakan, pada tahun 2080 mendatang, penyakit itu akan menyebar ke utara, hingga ke Coldfoot dan seterusnya.
“Saat ini, tak ada malaria burung yang hadir di atas lintang 64 derajat, tetapi di masa depan, dengan pemanasan global, ini tentu akan berubah,” kata Sehgal. “Penyebaran ke utara sangatlah membahayakan, karena banyak spesies yang hidup di kawasan kutub utara yang tidak pernah terkena dan sangat rentan terhadap penyakit itu,” ucapnya.
Sebagai contoh, kata Sehgal, penguin di sejumlah kebun binatang mati karena terserang malaria karena mereka tidak pernah bertemu dengan malaria sehingga tidak memiliki pertahanan alamiah terhadap penyakit itu. “Kini ada banyak burung di utara seperti burung elang atau burung hantu salju yang bisa mengalami hal serupa,” ucapnya.
Para peneliti sendiri belum bisa memastikan bagaimana penyakit itu bisa menyebar di kawasan Alaska. Namun kini mereka tengah mengumpulkan data-data tambahan untuk menentukan spesies nyamuk mana yang mentransmisikan parasit Plasmodium, yang menyebabkan malaria.
Data yang dikumpulkan ini juga mengindikasikan bagaimana dan jika malaria pada manusia juga menyebar ke arah utara. Menurut Sehgal, pengobatan modern yang ada saat ini sulit digunakan untuk melacak penyebaran penyakit itu, namun pemantauan terhadap burung bisa menyediakan petunjuk bagaimana perubahan iklim global juga mempengaruhi penyebaran malaria pada manusia.
(Abiyu Pradipa. Sumber: Phys.Org)
Sumber
Tidak ada komentar