Surabaya (ANTARA News) - Dosen Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Ir Eko Nurmianto MEngSc DERT menciptakan alat pengasapan ikan yang ergonomis, mobile, dan portable.
"Dengan alat itu, saya ingin membantu nelayan untuk bekerja secara efisien dan hasilnya optimal, karena tidak terkena asap dan satu alat bisa untuk 50-60 ekor ikan sekaligus," katanya kepada ANTARA di Surabaya, Senin.
Ia menjelaskan ide membuat alat pengasapan ikan yang bentuknya mirip lemari itu berawal saat dirinya menerima kontrak kerja antara LPPM ITS dengan PT Powergen Jatim yang kali ini berganti nama menjadi PT YTL di daerah Paiton pada tahun 2006.
"Di sana, saya melihat masyarakatnya mengasapi ikan dan asapnya dapat menyebabkan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), sehingga saya merancang alat yang nyaman, bisa dipindahkan, dan dapat diangkat," kata penulis buku berjudul `Ergonomic` itu.
Oleh karena itu, selama dua tahun dipercaya untuk mengembangkan kerja sama itu, ia menumbuhkan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) handicraft/kerajinan kerang, UKM industri rokok dan UKM pengasapan ikan.
"Alat pengasapan ikan itu ergonomic, karena alat itu mudah atau nyaman dipakai, sebab sesuai dengan ukuran tubuh orang Indonesia. Alat itu juga bersifat mobile, karena bisa dipindahkan kemana saja, sebab memiliki roda. Keunggulan lain adalah portable, karena dapat dibongkar pasang," katanya.
Ditanya cara kerja alat pengasapan ikan itu, ia menjelaskan alat itu mampu menampung 50-60 ekor ikan karena posisi ikan memang digantung, lalu pintu ditutup. Sumber panas diperoleh dari pembakaran batok kelapa yang diletakkan dibagian bawah alat itu.
"Asap dari pembakaran batok kelapa dapat terkumpul dalam alat pengasapan untuk mematangkan ikan dalam kurun waktu 1-2 jam, lalu asap dapat dikeluarkan lewat cerobong panjang berukuran 2-3 meter. Yang jelas, ikan yang diasap itu menyehatkan, karena kandungan omega-3-nya tidak hilang," katanya.
Awalnya, kata dosen yang juga pembina entrepreneurship di kalangan mahasiswa ITS itu, alat itu terbuat dari bahan seng dengan ketebalan hanya 0,8 milimeter. Namun hanya bertahan dua tahunan, sehingga alat itu pun dikembangkan lagi dan saat ini memiliki ketebalan 1,2 milimeter dengan daya tahan bisa mencapai 10 tahun.
"Ke depan, saya akan patenkan alat itu, namun saya tidak semata-mata membuat alat seharga Rp5 juta itu, melainkan saya juga melakukan pendampingan untuk mengembangkan bisnis ikan asap bagi kalangan nelayan. Saya ajari berwiraswasta hingga pengemasan produk dan pemasaran," katanya.
Dosen yang menempuh S2 di University of New South Wales Australia dan studi diploma research bidang teknologi Universite de Technologie de Compiegne Perancis itu menambahkan alat pengasapan ikan itu akan dipamerkan pada "Gebyar Perikanan dan Kelautan" di Jatim Expo pada 13 November mendatang.(E011/I007)
Sumber
Tidak ada komentar