Danau Sentani
Metrotvnews.com, Jayapura: Balai Arkeologi Jayapura menemukan situs batu megalitik di Jayapura, Papua. Ketiganya yaitu Batu Beranak, Batu Rezeki, dan Batu Perang di Pulau Mantai. Penemuan tiga situs itu diharapkan menjadi tujuan wisata baru di Jayapura.
"Ketiga situs megalitik ini ditemukan di pulau Mantai merupakan salah satu dari 21 pulau yang berada di tengah Danau Sentani. Situs ini berada di koordinat 020 36' 23,4" LS dan 1400 26' 22,7' BT," kata Hari Suroto, staf peneliti dari Balai Arkeologi Jayapura, Papua, Ahad (25/11).
Menurut pria alumnus jurusan Arkeolog Universitas Udayana itu, untuk menjangkau pulau tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan "long boat" atau perahu bermesin dari dermaga Kampung Toware selama kurang lebih 20 menit ke arah Kampung Kwadeware, distrik Waibu.
Pulaunya berbentuk bulat, tak berpenghuni, dan hanya menjadi tempat berkebun. Dulunya, dua kampung berada di pesisir Pulau Mantai, yaitu Manukandaro dan Huikanjero. Namun kedua kampung tersebut telah habis terbakar dan masyarakatnya sudah berpindah lokasi pemukiman ke daratan.
Situs di Pulau Mantai merupakan situs terbuka. Ia menemukan sejumlah materi arkeologi berupa fragmen gerabah hias maupun polos dan beberapa bangunan megalitik berupa sejumlah menhir dalam berbagai ukuran baik yang berada di dalam danau maupun yang berada di pulau.
"Gerabah di Pulau Mantai didapatkan di permukaan tanah, namun kondisi situs tersebut sudah teraduk oleh aktivitas berkebun," katanya.
Terkait penemuann situs megalitik berupa Batu Beranak atau "Ainining Duka" (dalam bahasa Sentani), Hari mengatakan keberadaannya tampak jelas saat air Danau Sentani surut. Bila air danau pasang, batu tampak samar-samar dari permukaan.
Adapun batu beranak tersebut berjumlah 12 buah. Dua buah berukuran besar dipercayai sebagai laki-laki dan perempuan dewasa. Sedangkan 10 buah yang berukuran kecil dipercayai sebagai anak-anaknya. Sehingga semuanya dikenal dengan nama batu beranak.
Namun pada penelitian yang dilakukan pada Juli lalu, pihaknya hanya dapat menggambil gambar bagian atas menhir yang berukuran besar yang terlihat.
"Karena pada saat itu kondisi permukaan air danau sedang pasang dan peralatan yang digunakan kurang memadai sehingga kami tidak melakukan penyelaman untuk mendokumentasi semua menhir yang ada, serta tidak melakukan pengukuran pengukuran kami hanya menduga tingginya sekitar 3 meter," kata Hari dan menambahkan jka ditinjau dari jenis batuannya tergolong ke dalam jenis batuan beku.
Untuk Batu Rejeki atau "Marew" ditemukan kira-kira 10 meter dari arah batu beranak, dimana terdapat bongkah batu besar yang sebagiannya tertancap di Pulau Mantai dan sebagian lagi ke danau atau tepatnya batu ini berada di tepi danau pulai itu. Batu Marew dipercaya warga sebagai batu rejeki. Apabila ada orang yang hendak berburu atau mencari ikan, mereka biasanya datang membawa sesaji berupa kapur, pinang, dan sirih ke batu tersebut untuk meminta berkat.
"Warga setempat percaya, jika dalam suatu kegiatan mencari makanan dan mereka tidak mendapat apapun, ini disebabkan kemarahan batu ini, sehingga warga harus memberikan sesaji agar dapat murah rejeki kembali," katanya.
"Pada penelitian ini, sama halnya dengan batu Beranak, kami hanya dapat menggambil gambar bongkah batu bagian atasnya dan tidak melakukan pengukuran, karena pada saat itu kondisi permukaan air danau naik dan menutupi hampir semua permukaan batu. Adapun jenis batuannya adalah batuan beku," lanjut pria jebolan SMUN Pleret, Bantul, Yogyakarta.
Batu Perang berada tak jauh dari baru Beranak dan Batu Rejeki. Jaraknya hanya sekitar 200 meter dari arah bongkah batu besar ke daratan Pulau Mantai. Dua buah menhir ditemukan dalam posisi melintang dan berdekatan, Namun, satu di antaranya patah.
Pada kedua menhir tersebut terdapat lubang-lubang kecil yang diperkirakan sebagai akibat dari sentakan unjung-ujung tombak dari para prajurit perang saat melakukan ritual perang, agar mereka memperoleh kemenangan. "Oleh warga setempat, batu ini biasanya dijadikan tempat ritual atau sembahyang agar bisa menang dalam perang," jelasnya. (Ant/RRN)
Sumber
Tidak ada komentar