Kostum Red Batik dipamerkan di depan Pasar Gede Solo, Minggu (15/7/2012) dalam rangkaian pembukaan sekolah karnval Citrarupa (Cipta Tradisi Rupa Pasar). Sekolah Citrarupa memberikan workshop pembuatan kostum karnaval dengan bahan dasar alam yang tersedia di pasar tradisional. (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)
Pasar tradisional tak selamanya identik dengan aktivitas jual beli. Jika ditelusuri, setiap pasar memiliki kekhasan tersendiri di komoditas dagangannya. Hal ini lantas direspons Rumah Karnaval Indonesia untuk mendirikan Sekolah Cipta Tradisi Rupa Pasar (Citrarupa). Di sekolah ini, masyarakat bisa belajar membuat kostum dari bahan alam khas pasar tradisional.
Seperti yang terlihat di Pasar Gede, Minggu (15/7/2012). Sejumlah remaja berkostum Red Batik tampak antusias mengelilingi tiap sudut pasar. Bersama perwakilan Papatsuta, Wiharto, mereka berkenalan dengan material khas pasar seperti kreneng, tali age, besek hingga pelepah pisang. “Bahan-bahan inilah nanti yang akan dikreasikan menjadi sebuah kostum menawan,” tutur koordinator Citrarupa, Heru Mataya, kepada Solopos.com di sela-sela acara.
Heru mengatakan, sekolah yang tidak menarik biaya ini terbuka bagi masyarakat umum, khususnya pelajar. Pihaknya mengagendakan pertemuan sepekan dua kali selama tiga bulan di sejumlah pasar tradisional di Kota Solo. “Jadi tak hanya di Pasar Gede. Nanti kami juga akan menggali potensi di pasar lain seperti Pasar Nusukan, Triwindu, Pasar Kembang dan Pasar Harjodaksino. Sejumlah pasar ini memiliki kekayaan yang berpotensi diangkat menjadi sebuah kostum.”
Dalam peresmiannya, Citrarupa menggandeng pedagang pasar tradisional untuk menjadi mentor. Menurut Heru, pedagang setempat adalah elemen penting kesuksesan sekolah tersebut.
“Kami ingin menjadikan pasar sebagai laboratorium generasi muda yang kini seolah berjarak dengan pasar tradisional. Tanpa bantuan pedagang, tentu tujuan itu tak akan tercapai.”
Ia menambahkan, hasil workshop tiga bulan tersebut akan manggung dalam Karnaval Pasar Kumandang di Solo, 6 Oktober mendatang. Setelah itu, lanjutnya, karya anak muda Solo ini sudah ditunggu untuk tampil di Temu Pusaka Indonesia di Surabaya, 19 Oktober.
Seorang pedagang, Surtini, 47, menyambut baik kegiatan Citrarupa. Penjual sayuran ini pun siap membantu jika diperlukan. “Ya mendukung saja. Yang penting pasar menjadi semakin rame,” tuturnya. Sementara Kepala Dinas Pengelolaan Pasar, Subagiyo, yang turut meresmikan Citrarupa, berharap sekolah tersebut mampu mengembangkan pasar sebagai potensi Kota Solo.
Tidak ada komentar