Suhu dan tekanan ekstrem di ketinggian standar pesawat komersial, tidak akan sanggup dihadapi tubuh manusia.
Ilustrasi pemandangan dari jendela pesawat komersial. (Thinkstockphoto)
Calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik Mitt Romney membuat pernyataan kontroversial mengenai jendela yang tidak terbuka di pesawat. Keluhan ini disampaikannya selepas mendarat darurat pada 21 September 2012 lalu.
Dikatakannya, saat terjadi kebakaran di dalam pesawat, tidak ada tempat untuk menyelamatkan diri. "Anda tidak bisa mendapatkan oksigen dari luar untuk masuk ke pesawat karena jendelanya tidak mau terbuka," ujar Romney. Menurut Romney hal ini berbahaya dan menyebabkan masalah serius.
Pernyataan tersebut membuat Romney kebanjiran penjelasan ilmiah mengapa jendela pesawat tidak terbuka.
Alasan utamanya adalah gravitasi kerap membuat molekul udara terkonsentrasi di permukaan tanah. Maka itulah atmosfer terasa semakin menipis saat Anda melaju ke atas.
Udara menjadi semakin tipis di ketinggian 3.000 meter. Untuk itulah, di atas ketinggian tersebut, kabin pesawat harus diberi tekanan untuk mencegah penumpang di dalamnya mengalami kekurangan oksigen.
Karena tekanan dan temperatur berjalan selaras, tekanan udara dibutuhkan untuk membuat udara hangat di kabin. Pada ketinggian 11.000 meter, ketinggian standar pesawat komersial, tekanan udara jeblok hingga hanya seperempat nilainya di level permukaan air laut. Suhu di luar pesawat turun menjadi minus 51 derajat Celcius. Kondisi demikian tidak akan sanggup dihadapi manusia dan akan menyebabkan kematian cepat.
Tekanan di pesawat biasanya diperoleh dari udara yang dimampatkan, dihisap, dan dipanaskan oleh mesin turbin. Tekanan ini juga hanya bisa terjadi di daerah yang kedap udara. Jika Anda membuka jendela di pesawat, maka kekedapan itu akan hilang. Udara yang sudah dimampatkan akan keluar melalui jendela. Membuat kondisi atmosfer di dalam dan luar pesawat sama imbang. Akibatnya, kematian.
(Zika Zakiya. Sumber: Discovery News)
Sumber
Tidak ada komentar