Oleh Hasbi Maulana
JAKARTA. Ketika kita masih kanak-kanak, salah satu pertanyaan standar orang dewasa yang harus kita jawab adalah: apa cita-citamu? Ingatkah Anda apa jawaban waktu itu? Apakah kini Anda benar-benar berhasil mencapai cita-cita itu?
Konon tak sampai seperempat orang yang berhasil menggapai cita-cita dan mimpinya. Konon kabarnya pula, hanya seperempat dari mereka yang berhasil menggapai cita-cita semasa kanak-kanak benar-benar merasa puas. Sisanya menyesal karena merasa salah menetapkan cita-cita.
Kegagalan orang menggapai cita-cita atau menikmati cita-cita masa kanak-kanak itu yang acap menyebabkan kita takut bermimpi. Betapa sering kita mendengar ungkapan, ”Jadi orang yang realistis saja! ”Salah satu peribahasa favorit kita semasa SD, bagai pungguk merindukan bulan, semakin membuat kita “tahu diri” dan kian takut bermimpi.
Memang, mimpi akan tetap tinggal sebagai mimpi kalau kita tak pernah menetapkan strategi untuk menggapainya. Jika kita mempersiapkan secara rapi daftar upaya yang harus kita lakukan untuk merengkuhnya, saat itu pula mimpi menjelma jadi rencana.
Begitu pula dengan mimpi finansial Anda. Sebagai karyawan biasa, mungkin Anda “tahu diri” sehingga tak mau bermimpi menikmati wisata keliling Eropa selama 40 hari bersama istri terkasih. Sebagai pengusaha “kelas teri” mungkin Anda merasa sebagai pungguk merindukan bulan kalau memimpikan status financial freedom. Memang, semua itu hanya mimpi kalau Anda tak kunjung menyusun rencana.
Terserah Anda kalau memang tak ingin berwisata keliling dunia. Suka-suka Anda kalau tak mau berhenti bekerja sebelum masa pensiun tiba. Namun, tak inginkah Anda menyekolahkan buah hati ke universitas terkemuka di Indonesia bahkan ke Amerika? Tak kepingin kah Anda mengantarkan mereka menggapai mimpi dan cita-cita?
Tidak ada komentar