Oleh Abdul Lathif
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN
Salah satu peninggalan kerajaan Majapahit, Candi Tikus di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Candi ini diperkirakan merupakan petirtan atau tempat mandi keluarga kerajaan yang dibangun sekitar abad ke-13 atau abad ke-14.
MOJOKERTO, KOMPAS.com -- Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) menggelar Jelajah Majapahit sebagai rangkaian perhelatan bertajuk Temu Pusaka Indonesia, Kamis (18/10/2012) di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Temu Pusaka Indonesia merupakan kegiatan tahunan, yang kali ini digelar di Kota Surabaya, Jawa Timur.
Kegiatan Jelajah Majapahit yang diikuti tiga rombongan bus dan kendaraan lainnya dipimpin Wakil Ketua Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) Pia Alisjahbana. Rombongan disambut oleh Bupati Mojokerto Mustofa Kamal Pasa di pelataran Candi Wringan Lawang, Desa Jatipasar, Trowulan.
Candi Wringin Lawang yang berbentuk gapura berukuran 13 x 11,50 meter dengan tinggi 15,50 meter pada masa kerajaan Majapahit adalah pintu gerbang kerajaan. Mustofa mengungkapkan, kerajaan Majapahit adalah cikal bakal Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang pada masanya mampu mempersatukan wilayah nusantara.
Dalam dua tahun terakhir, menurut Mustofa, sekitar dua ratus peninggalan Majapahit ditemukan dan akan terus dipelihara agar tetap lestari sebagai situs-situs peninggalan masa lampau. "Kita akan terus mengupayakan mengangkat peninggalan-peninggalan kerajaan Majapahit sebagai aset yang sangat berharga yang sudah puluhan tahun dibiarkan. Dengan demikian akan tumbuh kegiatan ekonomi kreatif, termasuk cinderamata dan makanan-makanan," katanya.
Dari Candi Wringan Lawang, rombongan Jelajah Majapahit mengunjungi Candi Brahu, Candi Gentong, Candi Tikus, Candi Bajangratu, dan Pusat Informasi Majapahit.
Temu Pusaka Indonesia, dibuka oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Kamis sore di Balai Kota Surabaya. Pembukaan dihadiri Ketua BPPI I Gede Ardhika, mantan Menteri Pariwisata era Presiden Abdurrahman Wahid.
Tidak ada komentar