Lore Rindu
TRIBUNNEWS.COM - Taman Nasional Lore Lindu, di jantung pulau Sulawesi bisa jadi pilihan liburan akhir pekan yang menarik. Hutan tropisnya kaya dengan flora dan fauna khas. Beberapa enclave-nya cocok jadi tempat tujuan wisata keluarga. Salah satunya adalah Danau Tambing. Di danau ini kita tidak cuma bisa menikmati indahnya panorama alam, tapi juga bisa menikmati riuh rendah dan merdunya kicau burung-burung khas Sulawesi.
Hari masih pagi. Kabut masih menyungkup kawasan Taman Nasional Lore Lindu. Dingin terasa menusuk tulang. Tapi indahnya panorama alam mengobati mata dan hati. Segar rasanya pikiran. Terletak tak jauh dari jalan poros Palu-Napu, sekitar 80 kilometer ke arah selatan Kota Palu, Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah, Taman Nasional seluas 217.000 hektare ini mudah dicapai dengan sepeda motor juga mobil.
Ada beberapa daerah kawasan hutan dan non-hutan yang membangun Taman Nasional ini. Salah satunya adalah Danau Tambing dengan ketinggian 1.700 meter di atas permukaan laut. Dari Palu jaraknya sekitar 80 kilometer. Danau ini menjadi pilihan para pencinta burung dan juga penyuka petualangan alam bebas.
Lokasi Danau Tambing adalah bagian dari salah satu kawasan Taman Nasional di Indonesia. Terletak di wilayah Kabupaten Donggala, Sigi dan Poso. Taman Nasional Lore Lindu ditetapkan sebagai Cagar Biosfir oleh United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) atau Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurusi pendidikan, ilmu pengetahun dan budaya, pada tahun 1977.
Di kawasan ini kita bisa menemukan sekitar 263 jenis burung. Bahkan, sebanyak 30 persen di antaranya merupakan endemik, artinya tidak bisa ditemukan di daerah lain. Di Danau Tambing, kita bisa menemukan antara lain Nuri Sulawesi (Tanygnatus sumatrana), Kakatua (Cacatua sulphurea), Rangkong (Buceros rhinoceros dan Aceros cassidix) atau Pecuk ular (Anhinga rufa).
Indahnya panorama alam, riuhnya kicau burung akan menyambut kita sesampainya di tepi Danau Tambing. Kabut pagi masih menggantung di atas danau yang luasnya tak sampai 1 hektare itu.
Danau ini juga menjadi ladang pencaharian warga setempat. Mereka, para nelayan rimba mengail dan menjala ikan mujair dan juga belut di danau ini. Idris Tinulele (38), warga setempat, bisa memandu kita menyusuri kawasan ini. Idris adalah sarjana Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako yang sudah meneliti di kawasan ini sejak lama. Ia hafal sebagian besar jenis burung di kawasan ini dan juga bisa menirukan kicauannya. Ia punya tips bila berwisata di sini.
“Kita harus sabar dan tenang juga betah berlama-lama bila berada di sini. Itu supaya bisa melihat burung-burung keluar dari sarangnya dan menikmati merdu kicauannya,” saran Idris.
Baru dua jam berada di kawasan ini, sudah 9 jenis burung yang kami temui. Dua diantaranya adalah burung kipasan Sulawesi (Rhipidura teysman) dan burung kancilan ungu (maroon-backed whistler). Kedua burung ini sangat mungil, ukurannya tak lebih besar dari salak pondoh. Kicauannya sangat merdu. Dua burung ini benar-benar endemik Sulawesi dan hanya bisa ditemui di Taman Nasional Lore Lindu. Kami dan para wisatawan lainnya beruntung dapat menjumpai dua burung nan elok ini.
“Sungguh menakjubkan, suaranya itu bagus sekali. Andai kata saya bisa miliki ini burung, saya jadikan koleksi saya. Sayangnya, saya masih penasaran melihatnya, eh sudah terbang,” kata Kasdun, salah satu wisatawan.
Idris dengan bersemangat menceritakan pengalamannya menjumpai banyak jenis burung khas di Danau Tambing. Salah satunya adalah burung maroon-backed whistler atau burung Kancilan Ungu ini. Ia menceritakan pengalamannya ketika mengantar turis mancanegara berkeliling kawasan bird watching di Taman Nasional Lore Lindu untuk melihat burung Kancilan Ungu ini.
“Bulan September tahun 2009, saya pernah mengantar oma-oma dari Swedia. Dia bilang belum mau mati kalau belum lihat burung ini. Kalau kemarin dia tidak dapat lihat burung itu, dia mau balik lagi sendiri. Untung kita dapat dekat pos itu, senangnya dia. Dia kasih tip buat saya 100 dolar,” aku Idris sambil terkekeh.
Idris mengatakan, jika mengamati empat hingga lima hari ke depan kita bisa menjumpai 100 spesies burung di kawasan danau Tambing Anaso.
Nah, jika suatu waktu Anda berniat berkunjung ke Danau Tambing, berikut tips yang bisa jadi panduan menikmati indahnya panorama danau juga merdunya kicauan burung-burung khas di sana. Sebaiknya untuk berkunjung ke sana di pagi hari. Itu waktunya burung-burung keluar dari sarang mereka, dan mempertontonkan orkestra alam yang luar biasa.
Karena lokasi danau berada di ketinggian 1700 mdpl, sebaiknya memakai jaket tebal, karena cuacanya sangat dingin. Jangan lupa membawa perbekalan yang cukup. Jika terbiasa di alam bebas, bisa membawa nesting atau alat masak lainnya, sekadar memasak kopi atau mi instan.
Dari Palu, Danau Tambing dapat dicapai dengan kendaraan umum dengan biaya Rp 50 ribu sekali jalan. Bisa pula naik sepeda motor atau mobil sewaan seharga Rp 250 ribu per hari di luar bensin dan tip buat sopirnya. Jarak tempuh paling lama sekitar 2 jam karena sebagian jalanan tengah diperbaiki.
Bila ingin menginap, bawalah sleeping bag dan tenda dump untuk alas tidur. Ada shelter, pondokan Polisi Hutan (Polhut) didirikan di sana, namun kondisinya kini kotor tak terurus. Tapi kalau hujan Anda bisa berteduh di shelter ini.
Bagi pehobi mancing, jangan lupa membawa alat pancing. Ada ikan mujair, ikan mas dan belut menunggu di sana. Tentu akan mengasyikan bila sempat membakar ikan di sekitar Danau Tambing ini. Bagaimana, Anda tertarik? Segeralah siapkan rencana berakhir pekan di Danau Tambing. Oh, hampir lupa, bila ingin menikmati burung-burung khas ini, jangan lupa membawa teleskop, juga kamera minimal yang memakai lensa 70 milimeter. Jadi, siap-siap!
Tidak ada komentar