Kompas/Rony Ariyanto Nugroho
Situs Batujaya - Sejumlah pengunung berekreasi di Candi Blandongan di komplek situs Batujaya, Karawang Utara, Jawa Barat, Minggu (27/3). Komplek candi yang dibangun pada abad II masehi ini diperkirakan menjadi komplek peradaban tertua di nusantara.
BANDUNG, KOMPAS.com--Museum Sri Baduga menggelar pameran bertajuk "Mahakarya Tarumanagara" yang memperlihatkan berbagai peninggalan era Kerajaan Tarumanagara yang ditemukan di kompleks percandian Batujaya, Kabupaten Karawang.
Kepala Museum Sri Baduga Ani Ismarini di Bandung, Selasa mengatakan, pameran "Mahakarya Tarumanagara" yang berlangsung 5-18 Juni 2012 di ruang khusus Museum Sri Baduga, Jalan BKR, Bandung, itu dimaksudkan untuk memperkenalkan kompleks percandian Batujaya yang belum begitu dikenal oleh publik.
"Memang belum banyak masyarakat, termasuk masyarakat Jawa Barat sendiri, yang mengetahui keberadaan kompleks percandian Batujaya," ujarnya.
Padahal, kompleks percandian tersebut ditengarai sebagai situs percandian tertua di Indonesia yang dibangun pada abad keemasan Kerajaan Tarumanagara pada abad ke-5 masehi.
Saat ini penggalian di kompleks percandian yang ditemukan sekitar 20 tahun lalu itu masih berlangsung dan telah ditemukan 30 bangunan candi tersusun dari batu bata. Penggunaan batu bata menunjukkan keunggulan teknik dibanding candi-candi lain pada era tersebut yang terbuat dari batu.
Ani mengatakan, penemuan kompleks percandian Batujaya juga telah memperlihatkan tingkat peradaban yang maju di kawasan Jawa Barat pada abad ke-5 masehi. "Dulu dikatakan pertanian di Jawa Barat memakai teknik huma atau berpindah-pindah. Tetapi dengan penemuan di Batujaya menunjukkan bahwa angapan itu salah. Penemuan itu memang telah menjungkirbalikkan beberapa anggapan yang selama ini dianut," tuturnya.
Penggunaan sekam padi dalam campuran batu bata untuk mempercepat pembakaran menunjukkan ketersediaan padi dalam jumlah banyak di kawasan tersebut. Selain itu, juga ditemukan banyak gerabah yang menjadi salah satu ciri alat yang digunakan masyarakat agraris.
Penemuan kompleks candi yang berhias relief Buddha itu juga menunjukkan bahwa agama Budha hadir bersamaan dengan Hindu selama masa Kerajaan Tarumanagara pada abad ke-5 Masehi.
Berbagai peninggalan era Tarumanagara yang dipamerkan di Museum Sri Baduga di antaranya adalah patung-patung arca yang berasal dari ornamen candi, meterai atau votive tablet yang bergambar relief Budha dalam beberapa sikap berbeda, serta gerabah, pahat, manik-manik, dan topeng emas dari komunitas Buni yang menghuni kawasan Karawang sebelum era kerajaan Hindu-Buddha Tarumanagara.
Selain itu juga diperlihatkan replika prasasti Ciaruteun dari abad ke-5 yang ditemukan di Ciampea, Bogor, bertuliskan aksara jawa kuno yang menerangkan cetakan dua tapak kaki Raja Tarumanagara, Purnawarman, yang diibaratkan sebagai tapak kaki Dewa Wisnu.
Juga diperlihatkan replika Prasasti Tugu tentang penggalian kali Candrabhaga dan Gomati selama 21 hari sepanjang 6122 tumbak atas perintah Purnawarman yang menunjukkan teknologi pengairan sudah dirancang pada abad ke-5 di Kerajaan Tarumanagara untuk kepentingan pengairan, sarana lalu lintas, dan penanggulangan banjir.
Sampai saat ini letak pusat kekuasaan Kerajaan Tarumanagara belum bisa dipastikan. Keberadaan kerajaan Hindu-Budha itu diketahui dari penemuan 7 prasasti yang menunjukkan batas-batas wilayah kekuasaannya, yaitu prasasti Ciampea, Bogor, prasasti Kebon Kopi di Cibungbulang, prasasti Tugu di Desa Tugu, Jakarta, prasasti Cidanghiang di Lebak-Pandeglang, prasasti Muara di Cianten, dan prasasti Pasir Awi.
Pengunjung pameran juga bisa melihat miniatur Candi Jiwa di kompleks percandian Batujaya serta menyaksikan pameran foto karya mahasiswa Bandung yang melakukan ekspedisi ke Batujaya pada Mei 2012. "Bagi mereka yang tidak bisa datang ke situs Batujaya karena keterbatasan waktu dan biaya, bisa menyaksikan peninggalan Kerajaan Tarumanagara di Museum Sri Baduga dan pulang dengan kebanggaan terhadap kebesaran warisan leluhur. Dengan demikian museum juga menjalankan perannya untuk menyebarkan informasi ke masyarakat," tutur Ani.
Koleksi yang dipamerkan di Museum Sri Baduga merupakan pinjaman dari Museum Batujaya, Kabupaten Karawang, dan Balai Arkeologi Serang, Banten.
Tidak ada komentar