Select Menu

ads2

Slider

Featured Post (Slider)

Rumah - Interior

Recent Comments

Kesehatan

Social Icons

google plus facebook linkedin

Artikel Popular

Portfolio

Motivasi Kerja

Travel

Performance

Cute

My Place

Motivasi Kerja

Racing

Videos

» » Puasa Ramadan dan Peduli Orang Miskin
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama


Oleh Musni Umar - detikRamadan

Ilustrasi - tribunnews.com

Jakarta - Puasa Ramadan yang sedang dilaksanakan oleh orang-orang yang beriman (mukmin), kalau dihayati dan direnungkan secara mendalam, akan memberi hikmah dan dampak positif.

Pertama, dampak yang bersifat spiritual dan vertikal (hablun minallah). Mereka yang sedang dan telah melaksanakan puasa ramadan, akan meningkat kesalehan individualnya seperti rajin shalat lima waktu, puasa sunat, salat malam (qiyamullail), umrah dan haji ke Makkah, serta tumbuh semangat yang semakin besar untuk menjauhi berbagai larangan Allah yang diharamkan.

Kedua, dampak yang bersifat horizontal (hablun minannas). Mereka yang sedang dan usai puasa Ramadan akan tumbuh empati, peduli dan terpanggil untuk memberdayakan orang-orang miskin. Wujud empati dan peduli kepada orang-orang miskin, akan tercermin dalam prilaku dan sikap politik, misalnya, kalau mempunyai kekuasaan, akan membuat kebijakan yang bisa mengentaskan, memberdayakan dan memajukan orang-orang miskin.

Ketiga, dampak ekonomi, yaitu semakin banyak orang-orang beriman yang terdorong memberikan sebagian hartanya untuk memberdayakan dan memajukan orang-orang miskin dalam bentuk sedekah, zakat fitrah, dan zakat harta (zakat maal). Oleh karena mereka semakin memahami dan menghayati pesan moral dalam Alquran bahwa:"Didalam harta orang-orang kaya terdapat hak orang-orang yang memerlukan (orang miskin, yatim piatu, peminta-minta, dan sebagainya).

Peduli Orang-orang Miskin

Peduli orang-orang miskin, harus dimulai dengan empati terhadap orang-orang miskin, yaitu daya menyelami dan memahami perasaan orang miskin. Perasaan orang miskin ialah perasaan serba kekurangan sepanjang hidup mereka, terutama kekurangan harta benda. Perasaan serba kekurangan, menyebabkan mereka rendah diri, merasa tidak berdaya, pasrah, merasa tidak diperdulikan, dan merasa tidak ada yang bisa dimintai pertolongan. Puncak dari perasaan orang-orang miskin ialah mereka kehilangan harapan dan masa depan.

Mereka yang kehilangan harapan dan masa depan, akan kehilangan semangat untuk bangkit dan maju. Itu sebabnya orang-orang miskin, memiliki budaya miskin seperti pesimis, malas, pasrah, ketergantungan yang tinggi kepada patron, dan tidak ada gairah serta semangat bangkit dan maju untuk keluar dari lingkaran kemiskinan yang menggerogoti mereka.

Untuk empati dan peduli orang-orang miskin tidak sulit, tetapi untuk memberdayakan dan memajukan orang-orang miskin, banyak sekali permasalahan dan tantangannya. Oleh karena itu, diperlukan komitmen yang kuat dan keberanian politik yang besar.

Pertama, merubah budaya miskin dan sikap mental orang-orang miskin. Ini diperlukan adanya kemauan dan keberanian, karena budaya miskin yang sudah berurat dan berakar, tidak mudah merubahnya sebab secara alamiah telah diwariskan turun-temurun dari orang tua kepada anak, cucu dan keluarga.

Kedua, memberi pendidikan dan ketrampilan praktis. Orang-orang miskin yang pada umumnya kurang pendidikan, jika ingin memberdayakan dan memajulkan mereka, harus diberi pendidikan dan ketrampilan praktis. Disamping itu, mereka diberi tempat berusaha yang baik dan strategis, diberi modal kerja dan modal usaha, izin usaha dan perlindungan, serta bimbingan manajemen pemasaran dan keuangan serta pengawasan.

Ketiga, beri beasiswa penuh kepada anak-anak miskin untuk belajar di berbagai daerah lain, supaya anak-anak miskin terbentuk budaya baru dan mental maju, yang sama sekali berbeda dengan lingkungan orang tua tempat mereka tinggal.

Pemberian beasiswa penuh kepada anak-anak miskin untuk mengikuti pendidikan di daerah lain, diperlukan dalam upaya memutus lingkaran kemiskinan (vicious circle) yang pada umumnya diamalkan orang-orang miskin dari satu generasi kepada generasi berikutnya.

Bebaskan Orang Miskin

Dalam Alquran, Allah memerintahkan untuk membebaskan perbudakan dan orang-orang miskin yang disebut dengan ungkapan "fakkuraqabatin aw ith'amu miskiin" (bebaskan perbudakan atau memberi makan orang miskin).

Kewajiban untuk membebaskan orang miskin ditinjau dari segala aspek, sangat diperlukan karena orang miskin sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk bangkit dan keluar dari lingkaran kemiskinan, jika tidak dibantu oleh pemerintah atau masyarakat sipil (civil society) yang mempunyai organisasi, personil dan dana yang cukup.

Secara psikologis dan sosiologis, orang miskin hampir mustahil bisa keluar dari lingkaran kemiskinan, jika mereka tidak dibebaskan dan dikeluarkan dari lingkaran kemiskinan.

Oleh karena itu, Allah memerintahkan untuk membebaskan orang miskin, dan menyebut sebagai pendusta agama, orang yang tidak peduli anak yatim dan orang miskin. Allah menegaskan dalam al-Qur'an: "Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Mereka itu yang mencerca anak yatim dan tidak memberi makan orang miskin ...... " (surah al-Maun: 1-2)

Kalimat tidak memberi makan orang miskin atau dalam bahasa Alqurannya "walaa yahuddhu 'ala tha'amil miskiin", tidak cukup diartikan secara harfiah seperti yang dilakukan selama ini, tetapi harus dimaknai dengan memberi kemampuan orang miskin seperti ilmu praktis, kesempatan dan peluang berusaha, tempat berusaha yang baik dan strategis, manajemen berusaha, modal kerja dan modal usaha, izin usaha, pemasaran, serta manajemen keuangan serta pengawasan.

Dengan perlakuan khusus (special treatment) semacam itu, orang miskin dipastikan bisa bangkit dan maju. Supaya usaha tersebut berhasil, maka program pemberantasan kemiskinan hendaknya lebih terprogram, sistimatis, terus-menerus dan bersifat jangka panjang.

Kesimpulan

"Kebaikan itu bukanlah kamu hadapkan wajahmu ke timur dan ke barat, tetapi kebaikan itu siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, para Malaikat, para Nabi, dan memberi sebagian harta yang dicintai kepada sanak keluarga, anak-anak yatim dan orang-orang miskin,.." (Surat an-Nisa': 36).

Lapar dan dahaga telah dirasakan orang-orang yang berpuasa terutama pada siang hari. Kiranya puasa menyadarkan betapa sulitnya kehidupan orang-orang miskin yang sepanjang hidup mereka lebih banyak "berpuasa" karena sering mengalami kekurangan dan kelaparan.

Puasa Ramadan kali ini diharapkan bisa membawa perubahan sikap orang-orang beriman, sehingga melahirkan dorongan yang kuat untuk memberdayakan dan memajukan orang-orang miskin.

Semoga mereka yang telah menjalankan puasa ramadan dan meraih predikat takwa, memiliki komitmen dan tekad kuat untuk bersama-sama melawan kemiskinan dan menjadikan sebagai musuh bersama untuk diberantas dan dilenyapkan demi keberhasilan pembangunan dan kemajuan seluruh bangsa Indonesia.
 (rmd/rmd)

*Penulis adalah Sosiolog

About Unknown

Beritabuzz.blogspot.com merupakan salah satu divisi pengembangan Portal Online Pengetahuan Umum dari Kios Buku Gema (Gemar Membaca)™.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar

Leave a Reply