Menteri Lingkungan Hidup RI Balthasar Kambuaya (kedua kiri) bersama Seniman Papua Timotius Samin (kiri), Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Meutia Hatta (kedua kanan) dan Presiden Direktur PT. Freeport Indonesia Rozik B. Soetjipto (kanan) Swasono mengunjungi pameran bertajuk "Pekan Ragam Budaya Papua: Orang Kamoro" di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Barat, Selasa (31/7). (FOTO ANTARA/Dian Dwi Saputra)
Jakarta (ANTARA News) - Papua Center, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia menyelenggarakan pekan ragam budaya Papua Kamoro dengan mengangkat tema "Peninggalan Budaya Maramowe".
Ketua Papua Center Fisip UI Raymond Michael mengatakan kegiatan ini difokuskan untuk mengangkat suku Kamoro sebagai peninggalan budaya Maramowe.
"Saat ini keberadaan para pengukir tradisional yang disebut "maramowe" oleh masyarakat Kamoro, tengah mengalami krisis akibat memudarnya budaya," kata dia di Jakarta, Selasa.
Pekan budaya Komoro ini berisi pameran etografi, pertunjukan budaya, dialog budaya, pertunjukan film dan penjualan ukiran. Acara ini berlangsung 1-5 Agustus di Bentara Budaya, Jakarta, dan 10-15 September di Kampus Universitas Indonesia, Depok.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Bentara Budaya Hariadi Saptono mengatakan alasan memilih tema budaya papua dikarenakan masyarakat jarang mendapatkan informasi mengenai budaya papua yang ada.
"Ini cocok dengan kehausan publik akan informasi tentang Kamoro, apalagi frekuensi informasi tentang Kamoro tergolong rendah," kata dia. Ia berharap, dengan adanya pameran budaya papua ini, masyarakat Indonesia bisa mengenal kehidupan sehari-hari orang Komoro di Papua.
Kamoro merupakan salah satu dari 257 suku yang terdapat di Papua. Kehidupan mereka sangat sederhana, mereka suka mengunjungi antar sesama, mencari makanan dengan menu pokok sagu, memancing dan menangkap ikan dan berburu.
Dalam kehidupan kesehariannya suku kamoro sangat menyukai dunia seni. Mereka akan bergoyang dan menari jika mendengar suara musik ataupun suara alat musik tifa. (Tri)
Tidak ada komentar