Kota Surabaya mencanangkan diri sebagai Kota Peduli Perempuan di awal tahun 2012, sebagai bentuk komitmen dan keinginan untuk semakin memberdayakan kaum perempuan di dalam pembangunan.
Beberapa kebijakan serta upaya pelibatan kaum perempuan telah dilakukan pemerintah kota (Pemkot) Surabaya, termasuk memberikan kesempatan serta membuka pintu yang sama kepada kaum perempuan untuk memperoleh hak-haknya.
Pemkot Surabaya meluncurkan pencanangan "Surabaya Kota Peduli Perempuan" yang dihadiri Staf Ahli Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Pencanangan ini sebagai bentuk tekad pemerintah kota Surabaya dalam mewujudkan kota Surabaya yang ramah perempuan, serta menjadikan persamaan gender sebagai isu untuk mengangkat derajat perempuan, yang selama ini tertinggal dibandingkan kaum pria.
Walikota Surabaya, Tri Rismaharini mengatakan, berbagai program kebijakan pemerintah kota saat ini diarahkan pada kesetaraan gender, yang memberdayakan perempuan sebagai bagian penting sebuah pembangunan.
Tri Rismaharini menjelaskan, “Dari semua program yang ada di kota Surabaya ini memang mengarah untuk kesetaraan gender, itu yang kemudian kami beranikan diri untuk melaunching kota peduli perempuan. Di Surabaya ini sudah sampai Kelurahan dan Kecamatan, itu kami punya pos-pos di mana kaum perempuan bisa mengadukan atau memperoleh hak-haknya. Kemudian yang kedua kami di program kesehatan, mulai ibu hamil, melahirkan, sampai kemudian putra-putrinya sampai usia tiga bulan, itu dalam perlindungan program Pemkot.”
Staf Ahli Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Emmy Rachmawati mengatakan, keberadaan sebuah kota yang peduli terhadap perempuan selalu ditandai dengan keikutsertaan kaum perempuan dalam pembangunan, meskipun tidak meninggalkan kewajibannya di rumah tangga.
“Dengan terikutnya perempuan untuk memikirkan berbagai bidang pembangunan, itulah sebetulnya inti daripada suatu kota peduli perempuan adalah perempuan ikut diberdayakan dan ikut memikirkan kemajuan bangsa ini,” ujar Emmy Rachmawati.
Sementara, Staf Ahli Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pingky Saptandari mengungkapkan, perlu kerjasama dari semua pihak untuk mewujudkan kota yang betul-betul peduli perempuan, karena kasus kekerasan terhadap perempuan masih banyak dijumpai hingga saat ini.
“Ini kan seperti kota layak anak itu belum ada di Indonesia yang benar-benar kota layak anak, menuju kota layak anak. Dan ini juga menuju kota peduli perempuan gitu. Jadi artinya inisiatif, kemauan, komitmen, di dorong untuk menuju kesana. Bahwa masih banyak masalah ya itu yang harus diatasi nantinya. Tapi kalau komitmennya gak ada kan masalahnya tambah banyak,” demikian penuturan Pingky Saptandari.
Sumber
Staf Ahli Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Emmy Rachmawati memasangkan PIN "Surabaya Kota Peduli Perempuan" kepada Walikota Surabaya Tri Rismaharini (19/1).
Beberapa kebijakan serta upaya pelibatan kaum perempuan telah dilakukan pemerintah kota (Pemkot) Surabaya, termasuk memberikan kesempatan serta membuka pintu yang sama kepada kaum perempuan untuk memperoleh hak-haknya.
Pemkot Surabaya meluncurkan pencanangan "Surabaya Kota Peduli Perempuan" yang dihadiri Staf Ahli Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Pencanangan ini sebagai bentuk tekad pemerintah kota Surabaya dalam mewujudkan kota Surabaya yang ramah perempuan, serta menjadikan persamaan gender sebagai isu untuk mengangkat derajat perempuan, yang selama ini tertinggal dibandingkan kaum pria.
Walikota Surabaya, Tri Rismaharini mengatakan, berbagai program kebijakan pemerintah kota saat ini diarahkan pada kesetaraan gender, yang memberdayakan perempuan sebagai bagian penting sebuah pembangunan.
Tri Rismaharini menjelaskan, “Dari semua program yang ada di kota Surabaya ini memang mengarah untuk kesetaraan gender, itu yang kemudian kami beranikan diri untuk melaunching kota peduli perempuan. Di Surabaya ini sudah sampai Kelurahan dan Kecamatan, itu kami punya pos-pos di mana kaum perempuan bisa mengadukan atau memperoleh hak-haknya. Kemudian yang kedua kami di program kesehatan, mulai ibu hamil, melahirkan, sampai kemudian putra-putrinya sampai usia tiga bulan, itu dalam perlindungan program Pemkot.”
Staf Ahli Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Emmy Rachmawati mengatakan, keberadaan sebuah kota yang peduli terhadap perempuan selalu ditandai dengan keikutsertaan kaum perempuan dalam pembangunan, meskipun tidak meninggalkan kewajibannya di rumah tangga.
“Dengan terikutnya perempuan untuk memikirkan berbagai bidang pembangunan, itulah sebetulnya inti daripada suatu kota peduli perempuan adalah perempuan ikut diberdayakan dan ikut memikirkan kemajuan bangsa ini,” ujar Emmy Rachmawati.
Sementara, Staf Ahli Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pingky Saptandari mengungkapkan, perlu kerjasama dari semua pihak untuk mewujudkan kota yang betul-betul peduli perempuan, karena kasus kekerasan terhadap perempuan masih banyak dijumpai hingga saat ini.
“Ini kan seperti kota layak anak itu belum ada di Indonesia yang benar-benar kota layak anak, menuju kota layak anak. Dan ini juga menuju kota peduli perempuan gitu. Jadi artinya inisiatif, kemauan, komitmen, di dorong untuk menuju kesana. Bahwa masih banyak masalah ya itu yang harus diatasi nantinya. Tapi kalau komitmennya gak ada kan masalahnya tambah banyak,” demikian penuturan Pingky Saptandari.
Sumber
Tidak ada komentar