JUMAIN SULAIMAN/FAJAR
WORKSHOP.
Vice President IT devolement Artajasa, Heru Perwito (berdiri),
mejelaskan tentang kartu pintar untuk efiesensi transaksi secara
nasional di Hotel Grand Clarion.
MAKASSAR, FAJAR- Untuk menjaga keamanan kartu ATM berjenis magnetic stripe, Bank Indonesia (BI) selaku regulator bersama perbankan dan prinsipal sistem pembayaran, telah menyusun standar migrasi dari kartu magnetic stripe ke teknologi chip.
Migrasi ke teknologi chip dianggap lebih menjamin keamanan dan kenyamanan nasabah. "Kartu berbasis chip lebih aman dan itu menjamin kenyamanan nasabah dalam melakukan transaksi. Selain itu memiliki momory lebih besar dan multi aplikasi," kata Heru Perwito, Vice President IT Development Artajasa yang tampil dalam Workshop Smart Card: Integrasi Kartu Pintar Huna Efesiensi Nasional, Selasa, 24 Juli, di Hotel Grand Clarion.
Menurut Heru, Smart Card gencar disosialisasikan untuk menjaga keamanan nasabah dengan melakukan migrasi ke chip. "Laporan paling banyak masuk ke BI adalah karena kasus penyalagunaan kartu. Ini pula sehingga perlu dilakukan migrasi," jelasnya.
Pembicara lain, Kepala Grup Pengembangan dan Kebijakan Sistem Pembayaran Departemen Akunting dan Sistem Pembayaran (DASP) Bank Indonesia Sri Suparni memaparkan, pengguna uang elektonik atau smart card saat ini, terus berkembang pesat.
Dia membeberkan, volume transaksi sampai dengan Maret 2012 tumbuh 117,35 persen menjadi 6.990.613 transaksi. Tahun lalu, pada periode yang sama jumlah transaksi sebanyak 3.216.170.
Pertumbuhan ini kata dia, juga sejalan dengan kenaikan nilai transaksi uang elektronik yang periode Maret 2012 sebesar 110,89 persen menjadi Rp128,141 miliar dari posisi Maret 2011 senilai Rp60,762 miliar. Nilai tersebut merupakan posisi tertinggi sejak uang elektronik mulai beredar pada 2007.
"Kami prediksi ke depan, perkembangan e-money akan makin pesat. Ada lebih dari Rp300 triliun uang kartal yang beredar di masyarakat yang digunakan sebagai instrumen pembayaran," jelasnya.
Di sisi lain, kata dia, ada 210 juta rakyat Indonesia yang belum tersentuh oleh lembaga keuangan. "Kami memperkirakan, hampir 55 juta kartu debit yang ada saat ini, beredar kemungkinan besar hanya dimiliki oleh 20-30 jutaan orang," bebernya.
Sementara itu Budi Hartono, Direktur Pengelola Jaringandan Informasi mengungkapkan, tren penggunaan Smart Card telah diimplementasikan untuk kartu kredit dan beberapa smart card yang dikeluarkan oleh beberapa institusi. Khususnya untuk smart card, beberapa diantaranya saat ini, telah beredar di masyarakat, seperti E-Toll Card Mandiri, Brizzi Bank BRI, Kartu Prepaid Studio Pass Trans Studio atau Kartu bermain Timezone merupakan kartu-kartu yang berbasis chip.
Tak hanya itu, smart card juga dapat diaplikasikan untuk pelbagai fitur lain seperti untuk identitas, pembayaran, pembelian, dan sebagainya. Dia menyebut contoh, Kartu Pegawai Elektronik (KPE) yang merupakan kartu identitas bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) juga bisa berfungsi sebagai layanan penggajian, askes, pembayaran rekening listrik, telepon atau pun tarik tunai dana di ATM. Fungsi-fungsi itu dimungkinkan karena Badan Kepegawaian Negara (BKN) selaku pemilik KPE bekerjasama dengan perbankan. (aci/upi)
Tidak ada komentar