bbc.co.uk
INILAH.COM, London - Sesosok patung dewa di jaman Buddha kuno yang terbuat dari batu meteorit ditemukan oleh para ilmuwan Jerman. "Iron Man," begitulah sebutan untuk patung yang memiliki tinggi 24 sentimeter dengan berat sekitar 10 kilogram ini.
Usia patung memang tidak diketahui secara persis, namun para ilmuwan memperkirakan patung itu dibuat antara abad ke 8 Masehi hingga 10 Masehi. Patung ini diukir dari batu meteorit yang jatuh sekitar 15.000 tahun lalu di sepanjang perbatasan Siberia-Mongolia.
Ukiran menggambarkan sosok pria yang sedang duduk dengan kaki kirinya terselip dan tangan kirinya memegang sesuatu. Di dadanya terdapat simbol swastika Buddha yang merupakan simbol keberuntungan. Patung Iron Man ini dianggap sebagai Vaisravana yaitu Dewa Buddha kekayaan atau perang.
Sebenarnya, patung ini pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan Jerman bernama Ernst Schafer di Tibet pada tahun 1938. Ia dikirim oleh partai Nazi Jerman ke Tibet untuk menemukan dan meneliti asal muasal suku bangsa Arya. Patung ini kemudian dibawa ke Jerman hingga akhirnya menghilang pada 2007.
Di tahun ini, patung meteorit ini kembali hadir melalui seorang pemilik barunya yang berniat menyelidiki asal-usul dari peninggalan sejarah ini. Sang pemilik pun menghubungi Dr Elmar Buchner dari Universitas Stuttgard, Jerman.
Setelah dilakukan penelitan, Dr Buchner dan timnya menyimpulkan bahwa patung tersebut diukir dari kelas batuan langka luar angkasa yang dikenal dengan meteorit ataxite. Ataxite merupakan kelas meteorit besi dengan kandungan nikel yang tinggi. Analisa kimia dari sampel patung Iron Man menunjukkan kemiripan dengan hamparan batuan yang terkenal di perbatasan Siberia dan Mongolia.
"Patung Iron Man ini adalah satu-satunya ilustrasi sosok manusia yang diukir dari metorit, ini artinya kita tidak memiliki sesuatu apapun untuk dibandingkan ketika menaksir nilainya. Jika dilihat dari asal usulnya mungkin seharga US$20.000, namun jika memperkirakan usia patung dengan benar yang berusia hampir ribuan tahun maka itu tak ternilai harganya," pungkas Dr Buchner.
Tidak ada komentar