Select Menu

ads2

Slider

Featured Post (Slider)

Rumah - Interior

Recent Comments

Kesehatan

Social Icons

google plus facebook linkedin

Artikel Popular

Portfolio

Motivasi Kerja

Travel

Performance

Cute

My Place

Motivasi Kerja

Racing

Videos

» » Bermaslahat di Sosial Media
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama


Oleh : Yusrizal KW
Wartawan Padang Ekspres

Para pengguna internet, tentulah mengenal Twitter, sebagaimana juga mengenal Facebook. Sebagai layanan microblogging dan jejaring sosial, Twitter adalah layanan online yang pertumbuhannya sangat pesat saat ini. Ratusan juta orang di dunia sedang meng­gu­na­kannya.

Ingat Twitter, itu artinya kita ingat teks terbatas 140 karakter yang boleh dituliskan sebagai tweet atau pesan. Dengan pesan singkat 140 karakter itu, kita bisa mengirim informasi (juga foto/gambar) ke puluhan, ratusan, ribuan bahkan jutaan orang di dunia. Karena itu, pertanyaan yang disodorkan kepada pengguna Twitter adalah: apa yang sedang terjadi?

Pertanyaan itu, sesungguhnya sebuah isyarat, bagaimana kita mengabarkan apa yang sedang kita pikirkan, lakukan, rasakan, lihat dan diskusikan, serta hal lainnya kepada dunia? Sehingga, ketika kita mencermati perkembangan pesat Twitter, kita men­ya­dari, banyak hal penting dan bermakna, bisa dikerjakan atau diinformasikan sosial  media bersimbol burung ini.

Sosial media merupakan media untuk bersosialisasi satu sama lain dan dilakukan secara online yang memungkinkan manusia untuk saling berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu. Dan, pengguna sosial media, terutama Twitter, terus naik, sebagaimana juga Facebook dan media sejenis lainnya.

Ini artinya, masyarakat du­nia, memerlukan wadah, untuk me­ngatakan sesuatu, demi se­suatu yang dipikirkan. Ba­ya­ng­kan, Hingga Februari 2012, Twitter memiliki 500 juta peng­gu­na yang mana 200 jutanya merupakan pengguna aktif, 36 persen dari pengguna Twitter setidaknya berkicau sekali dalam sehari dengan waktu rata-rata kunjungan 11:50 menit. Setiap hari, dikabarkan, ada satu juta akun Twitter yang bertambah. Dan Indonesia, termasuk lima besar pengguna Twitter teraktif di dunia. Konon, dari 30 juta akun Twitter di Indonesia, ter­dapat sekitar 2 juta akun yang ak­tif berkicau atau tweet tiap harinya

Sensasi Twitter, hanya dira­sa­kan oleh mereka yang su­ngguh-sungguh me­man­fa­at­kannya, untuk sesuatu, hal, atau apa pun, yang terkait dengan diri, impian atau harapan mau­pun target tertentu mereka. Pada Twitter, mereka yang memiliki followers banyak, bahkan sam­pai ribuan atau ratusan ribu orang, bisa dinilai sebagai potensi atau aset atau media untuk “memngatakan sesuatu”, walau tak jarang juga untuk curhat. Artinya, follower-nya, bagi dunia bisnis, adalah pasar terbuka, yang bisa dijadikan tempat mempromosikan sesuatu dan menjual produk. Karena itu, akun-akun Twitter yang jumlah followers-nya puluhan atau ratusan ribu, bahkan ada yang jutaan, banyak dicari orang atau para pebisnis bahkan para po­li­tisi sebagai ajang promosi atau kampanye. Tak heran, akun Twitter dengan jumlah followers ratusan ribu, bisa bernilai sekali tweet, ratusan ribu hingga jutaan sebagai media promosi. Hal demikian tengah berlangsung di Twitterland.

Saking dahsyatnya ranah Twitter sebagai media sosial, perusahaan-perusahaan besar pun, memiliki akun Twitter yang dikelola secara profesional, baik sebagai akun branding maupun akun marketing. Dunia pe­ma­saran, kini tengah merambah Twitter sebagai “ladang” yang asyik untuk memanen peluang dan rezeki. Apalagi mereka, kalangan individu, yang ber­ori­entasi pada pasar, di mana semakin ramai atau semakin banyak jumlah “kepala orang” yang bisa dihitung sebagai market, Twitter salah satu jalan untuk seseorang, kelompok, group atau perusahaan serta politisi, merangkul massa sam­pai menjadi fanatik demi meraih “keuntungan”.

Di Twitter, setiap orang, sesungguhnya memiliki ruang dan peluang yang sama. Cuma, se­tiap orang, kelompok, or­ga­nisasi, perusahaan, partai dan politisi, satu sama lain tidak meraup hasil yang sama. Bagi mereka yang menguasai materi, teknologi, serta memahami brand dan marketing-nya, juga ke­pentingannya, tahu apa mau­nya dan apa yang dilakukannya, jelas mendapatkan sesuatu yang sesuai dengan yang ditargetkan.

Di ranah Twitter, kita bisa menjadi follower siapa yang kita inginkan, juga begitu sebaliknya. Melalui Twitter sesungguhnya, banyak hal positif yang bisa kita petik, baik sebagai pengetahuan, motivasi, informasi umum dan lainnya. Umumnya para tokoh hebat Indonesia, tentu juga dunia, memiliki akun Twitter, dan rata-rata mereka para tokoh ini, memiliki tweet yang cerdas, positif, menginspirasi. Mas­ya­rakat dunia, bisa mengikuti pi­kiran, motivasi, dan pan­da­ngan­nya, termasuk sedang apa dia sekarang.

Kita bisa melihat apa res­pons atau pandangan mas­ya­ra­kat terhadap kebijakan kepala da­erah, termasuk menteri dan presiden, dan sesungguhnya, terhadap dan oleh siapa saja. Di sini dunia kebebasan berkicau (bersuara) terlihat terang ben­derang. Seorang wali kota yang tidak becus, langsung dimaki warganya di Twitter. Begitu juga produk yang buruk, polisi yang nakal, guru yang lebay, artis yang mesum, politisi busuk, bisa ditemukan makian atau pan­da­ngan terhadap mereka. Se­balik­nya, hal baik dan maslahat, men­dapat pujian.

Satu hal yang tak bisa dipu­ng­kiri sesungguhnya. Saat ini, kita tengah berada di mana semua orang semakin ter­hu­bung melalui teknologi media so­sial. Kita seakan sedang difa­silitas oleh pencapaian teknologi internet, menikmati terjadinya interaksi antarmanusia di dunia maya. Komunikasi antarorang di sosial media, sebutlah Twitter atau Facebook misalnya, mem­per­mudah terjadinya per­tu­karan informasi secarareal-time. Untuk kejadian atau peris­tiwa penting yang terjadi di se­keliling kita, kita tak seperti dulu, menunggu sehari, atau beberapa jam kemudian, agar televisi, radio atau koran mem­berita­kan­nya. Melalui sosial media, pon­sel, BlackBerry, semua serta merta terjadi. Ibaratnya, setiap kedipan mata, kita bisa mencek berita terbaru di genggaman atau di ujung jari.

Di media sosial, de­mok­ra­tisasi untuk berbicara demikian ting­gi sehingga Anda pun tidak bisa menutup kicauan atau suara orang lain saat ia menjelek-jelekkan atau menentang kita. Di media sosial, kita sebut Twitter salah satunya, kini penggunanya hampir dari berbagai lapisan sosial. Kita, ketika membuka akun dan masuk Twitterland, ibaratnya, kita langsung menjadi masyarakat yang “berkicau”.

Di tengah jutaan masyarakat yang “berkicau”, sesungguhnya kita bisa membaca fenomena manusia dan dunia yang ber­getar. Presiden Amerika Barack Obama, pun menfaatkan sosial media, sebagai tempat kam­panye dan juga, mengucapkan terima kasih. “Four More Years” demikian tweet Obama di akun Twitternya, yang disertai foto dirinya yang sedang memeluk Ibu Negara. “Ini terjadi berkat Anda.  Terima kasih,” Tweet Obama kepada 22 juta folower-nya, setelah beberapa menit jaringan televisi AS me­nyim­pul­kan dia kembali terpilih menjadi presiden. Menurut AFP, ketika jejaring televisi mengumumkan kemenangan Obama, Twitter dibanjiri pesan sampai rata-rata 327.453 pesan per menit.

Artinya, masyarakat maju, tidak melengah terhadap ke­bera­daan jaringan sosial media. Karena, ia tidak harus dilihat sebagai pembuang waktu, cur­hat-curhatan. Tidak. Jejaring sosial, juga bisa dimanfaatkan un­tuk gerakan positif, membagi informasi dan gagasan, serta menjadi kontrol sosial. Seti­daknya, sebagai rakyat, sebagai masyarakat, kita bisa dengan data akurat, me-tweetnya, pe­nyim­pangan kebijakan, indikasi korupsi, dan lainnya.

Di zaman sekarang, setiap warga, memiliki hak untuk mencatat, melaporkannya ke publik melalui sosial media, asal bisa dipertanggungjawabkan. Dan tentu sangat disayangkan, ketika sosial media, diman­fa­atkan untuk memfirnah, curhat, memberitakan masalah pribadi atau rumah tangga yang tiada gunanya bagi orang lain.

Banyak orang me­man­faat­kan Twitter, Facebook dan sej­e­nis­nya, untuk mendapatkan in­for­masi. Bahkan, untuk me­ngin­formasikan bencana, jalan ma­cet, serta hal lain yang baik me­nyangkut hajat hidup orang ba­nyak. Jika selama ini untuk ber­promosi ke media cetak, elek­tro­nik atau online harus ba­yar, melalui akun media sosial, bi­sa dilakukan sendiri, dan la­ng­su­ng bisa dirasakan mas­yarakat.

Sosial media, ketika kita membaca dan memaknainya, sesungguhnya kita bagai melihat sebuah dunia luas tak berhingga di jemari kita. Setidaknya, me­lalui Twitter maupun Face­book, kebiasaan banyak omong mulai beralih perlahan, ke kebiasaan menuliskan apa yang dipikirkan atau dirasakan. Si pendiam pun dalam kehidupan sehari-hari, bisa tampak ribut di jaringan sosial media. Ini artinya, ber­suara atau berkicau, perlu, asal penting, sesekali asal dan gurau tak apa.

[Red/Administrator]

Sumber

About Unknown

Beritabuzz.blogspot.com merupakan salah satu divisi pengembangan Portal Online Pengetahuan Umum dari Kios Buku Gema (Gemar Membaca)™.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar

Leave a Reply