surya/david yohanes
Heri saat mengukur patirtan Semarum
TRIBUNNEWS.COM,TRENGGALEK - Penemuan bangunan terpendam dengan bata ukuran besar di Desa Semarum, Kecamatan Durenan, Trenggalek pada 2011 mulai diteliti oleh Balai Arkeologi Yogyakarta yang membawahi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Yogyakarta. Hasilnya dipastikan bangunan tersebut berupa patirtan pada masa kuno.
Bangunan kuno terpendam tersebut berada di belakang rumah warga, Kaseni, Khosim dan Taji. Menurut Ketua Tim Peneliti dari Balai Arkeologi Yogyakarta, Heri Praswanto, timnya sudah mulai menggali sejak Minggu (30/12/2012) lalu, dibantu Balai Pelestarisn Peningalan Purbakala (BP3) Trowulan dan Dinas Kebudayaan setempat. Penggalian tersebut dilakukan, sebab temuan bangunan terspendam tersebut diyakini sebagai salah satu kunci untuk mengungkap salah satu alur peradaban di Kabupaten Trenggalek.
“Kami meyakini, bangunan tersebut sebagai salah satu peninggalan purbakala yang strategis untuk mengungkap peradaban di Trenggalek,” terangnya, Kamis (3/2/2013).
Dari proses penggalian selama empat hari, tim sudah bisa menyimpulkan jika bangunan terpendam tersebut bekas sebuah patirtan. Patirtan ini bisa sebagai lokasi pemandian kaum bangsawan, atau sebuah bangunan untuk tata kelola air. Namun dengan temuan lain adanya terra kota, atau gerabah pemberat jaring diyakini bangunan tersebut lebih mirim sebuah dam kuno, dengan kedalaman mencapai 110 meter.
Dimana bagian atas terdiri dari tiga lapis batu bata, bagian tubuh terdiri dari enam lapir batu bata dan bagian pondasi terdiri dari tiga lapis batu bata.
“Kami belum bisa menyimpulkan, tapi keyakinan kami itu sebuah dam kuno untuk pola pengaturan air. Sebab kalau sebuah pemandian bangsawan agaknya teralu dalam,” tambahnya.
Hal lain yang menguatkan keberadaan sebuah patirtan, adanya endapan pasir halus di bagian dalam bangunan yang menandakan ada proses perendaman air. Sementara permukaan batu bata di bagian dalam juga nampak lebih rapuh di banding bagian luar, pertanda pernah terendam air dalam waktu lama.
Dari penelusuran tim, keberadaan patirtan Semarum tersebut merupakan satu rangkaian dari rantai peradaban. Di atas gunung di sisi utara desa ini terdapat sebuah kali yang disebut Ngasinan. Kali inilah yang menjadi sumber mata air utama. Dari Kali Ngasinan, ke bawah sedikit ada sebuah candi yang disebut Candi Brongkah, kemudian patirtan dan pemukiman warga, yaitu Desa Kamulan. Jika diruntut dari bawah, warga Kamulan akan pergi ke patirtan, menyucikan diri, sebelum melakukan persembahyangan di Candi Brongkah.
“Jadi keberadaan patirtan ini menjadi rangkaian sebuah proses kehidupan. Dimana keberadaannya selain untuk sumber kehidupan, juga untuk penyucian diri sebelum beribadah di Candi Brongkah,” katanya.
Lalu apa arti penting penemuan di Semarum? Heri menjelaskan, paska kemunduran Mataram Hindu di Jawa Tengah, kerajaan mulai bergeser ke Jawa Timur oleh Empu Sindok. Sebelum munculnya kerajaan Kadiri, ada proses peralihan peradaban dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Salah satunya adalah adalah di Trenggalek. Dengan kata lain, Trenggalek, khususnya Semarum diyakini sebagai salah satu cikal bakal lahirnya kerajaan di Jawa Timur.
“Trenggalek mempunyai sejarah panjang dari masa pra sejarah sampai masa kolonial. Mengungkap rahasia di Semarum akan membuka proses peradaban lain,” tuturnya.
Heri menyebut, penelitian yang dilakukan timnya masih penyelidikan tahap awal yang akan diteruskan lagi di tahun ini. Hasil penelitian akan disimpulkan secara komprehensif dan akan diwujudkan dalam sebuah rekomendasi ke BP3 Trowulan.
Tidak ada komentar