Warga melintas di kawasan Tugu Pal Putih, Jogja pasca selesainya proyek revitalisasi bangunan Bangunan Cagar Budaya (BCB) tersebut, Senin (17/12/2012). Proyek revitalisasi Tugu Pal Putih dan Benteng Vredeburg akan diresmikan hari ini, Selasa (18/12/2012). (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)
JOGJA- Kepala Dinas Kebudayaan DIY GBPH Yudhaningrat menguraikan wajah baru Tugu dikelilingi buffer space terdiri tanaman Cempaka Mulya. Pagar itu yang membuat wisatawan tidak bisa menyentuh tubuh tugu.
“Saya titip pesan untuk menjaga benda cagar budaya itu karena Tugu bangunan nuansa kedamaian bagi Jogja, filosofinya jika kita lihat Tugu berarti kita ingat Tuhan,” kata Gusti Yudha di Kepatihan, Senin (17/12/2012). Penataan kawasan Tugu yang baru diresmikan hari ini, Selasa (18/12/2012).
Pemerintah, kata dia, akan menyediakan diorama Tugu asli berbentuk Golong Gilig di sisi tenggara yang masih terkendala proses pembebasan tanah.
Tugu adalah BCB yang kaya akan filosofi makna kehidupan yang sangat erat. Manusia modern tidak bisa menyamakan bangunan yang berdiri sejak 1889 tersebut sebagai tempat nongkrong.
Awalnya Tugu Berbentuk Golong Gilig dengan tinggi 25 meter, tapi rusak akibat gempa bumi, dan dibangun kembali dengan tinggi 15 meter.
Sejatinya Tugu Golong Gilig merupakan ujung dari filosofi perjalanan manusia, yakni dari mana manusia berasal akan kembali ke asalnya. Filosofi itu dalam bahasa Jawa disebut sangkan paraning dumadi, manunggaling kawula lan Gusti.
Mulanya Tugu Golong Gilig berbentuk bulat (golong) pada puncaknya dan silinder pada bagian tubuh (gilig). Tugu itu akhirnya rusak diguncang gempa pada 10 Juni 1867.
Pemerintahan Belanda membangun kembali Tugu tersebut pada pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VII dengan bentuk berbeda yang bisa seperti saat ini. Belanda menamakan Tugu itu De White Paal (Tugu Pal Putih).
Sumber
Tidak ada komentar