Oleh Pebrianto Eko Wicaksono
Liputan6.com, Jakarta : The Nielsen Global Survey of Education Aspirations menggelar survei kepada lebih dari 29 ribu responden online di 58 negara untuk mengukur sentimen konsumen mengenai ketersediaan kesempatan di semua jenjang pendidikan dan hubungan dengan kesempatan perbaikan pekerjaan dan pendapatan.
Dalam survei tersebut, menemukan lebih dari dua pertiga atau 68% responden di seluruh dunia mengaku akan lebih memilih membeli produk dari perusahaan yang mendukung prakarsa-prakarsa pendidikan.
Konsumen di wilayah Amerika Latin 85% tercatat paling antusias, seiring dengan sentimen mereka yang kuat terhadap pentingnya pendidikan.
Sedangkan Indonesia berada di urutan Top 10 teratas dengan 80% responden yang juga mengatakan mereka lebih memilih untuk membeli produk dari perusahaan yang mendukung prakarsa-prakarsa pendidikan.
“Dukungan perusahaan untuk pendidikan adalah jalan menuju sukses. Dukungan itu menciptakan sebuah situasi yang sangat baik bagi perusahaan maupun siswa, di mana perusahaan dapat membawa karyawan mereka untuk berbagi tujuan bersama dengan cara yang kuat dan siswa dapat meraih manfaat dari pengalaman belajar yang lebih ditingkatkan,” kata Managing Director, Nielsen Indonesia Catherine Eddy, Rabu (18/9/2013).
Menurut dia, orang Indonesia menghargai dukungan tersebut. Hal itu yang membuat banyak sekali peluang yang dapat dimanfaatkan perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk meraih sukses melalui dukungan terhadap pendidikan.
Hampir tiga perempat responden di wilayah Asia Pasifik (74%) dan Timur Tengah/Afrika (64%) mengatakan mau membeli dari perusahaan yang mendukung prakarsa-prakarsa pendidikan.
Sementara itu Amerika Utara (50%) dan Eropa (56%) memperlihatkan skeptisisme yang tertinggi mengenai kecenderungan membeli yang dipengaruhi dukungan terhadap pendidikan.
Menurut survei Nielsen, secara global, rata-rata alokasi biaya pendidikan adalah 8% dari anggaran bulanan. Alokasi ini berada di posisi empat alokasi pengeluaran utama setelah makanan dan minuman 18%, perumahan 16%, dan telepon/internet 9%.
Pengeluaran bulanan untuk biaya pendidikan di banyak negara berkembang melebihi rata-rata global, termasuk di Indonesia yang respondennya mengatakan bahwa mereka mengalokasikan 14.1% anggaran bulanan mereka untuk biaya pendidikan.
Negara-negara yang yang juga mengalokasikan 14 % atau lebih dari anggaran bulanan mereka untuk biaya pendidikan adalah Peru 18.6%, Filipina 15.4%, dan Pakistan 14.8%.
Di sisi lain, setengah dari responden di seluruh dunia mengatakan bahwa mereka tidak mampu membiayai pendidikan di tempat mereka tinggal. Lebih dari tiga perempat konsumen Brazil 76% di tempat teratas, diikuti oleh responden di Uni Emirat Arab 66% dan Arab Saudi 64%. (Pew/Nur)
Sumber: Liputan6
Ilustrasi (Antara/Asep Fathulrahman)
Liputan6.com, Jakarta : The Nielsen Global Survey of Education Aspirations menggelar survei kepada lebih dari 29 ribu responden online di 58 negara untuk mengukur sentimen konsumen mengenai ketersediaan kesempatan di semua jenjang pendidikan dan hubungan dengan kesempatan perbaikan pekerjaan dan pendapatan.
Dalam survei tersebut, menemukan lebih dari dua pertiga atau 68% responden di seluruh dunia mengaku akan lebih memilih membeli produk dari perusahaan yang mendukung prakarsa-prakarsa pendidikan.
Konsumen di wilayah Amerika Latin 85% tercatat paling antusias, seiring dengan sentimen mereka yang kuat terhadap pentingnya pendidikan.
Sedangkan Indonesia berada di urutan Top 10 teratas dengan 80% responden yang juga mengatakan mereka lebih memilih untuk membeli produk dari perusahaan yang mendukung prakarsa-prakarsa pendidikan.
“Dukungan perusahaan untuk pendidikan adalah jalan menuju sukses. Dukungan itu menciptakan sebuah situasi yang sangat baik bagi perusahaan maupun siswa, di mana perusahaan dapat membawa karyawan mereka untuk berbagi tujuan bersama dengan cara yang kuat dan siswa dapat meraih manfaat dari pengalaman belajar yang lebih ditingkatkan,” kata Managing Director, Nielsen Indonesia Catherine Eddy, Rabu (18/9/2013).
Menurut dia, orang Indonesia menghargai dukungan tersebut. Hal itu yang membuat banyak sekali peluang yang dapat dimanfaatkan perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk meraih sukses melalui dukungan terhadap pendidikan.
Hampir tiga perempat responden di wilayah Asia Pasifik (74%) dan Timur Tengah/Afrika (64%) mengatakan mau membeli dari perusahaan yang mendukung prakarsa-prakarsa pendidikan.
Sementara itu Amerika Utara (50%) dan Eropa (56%) memperlihatkan skeptisisme yang tertinggi mengenai kecenderungan membeli yang dipengaruhi dukungan terhadap pendidikan.
Menurut survei Nielsen, secara global, rata-rata alokasi biaya pendidikan adalah 8% dari anggaran bulanan. Alokasi ini berada di posisi empat alokasi pengeluaran utama setelah makanan dan minuman 18%, perumahan 16%, dan telepon/internet 9%.
Pengeluaran bulanan untuk biaya pendidikan di banyak negara berkembang melebihi rata-rata global, termasuk di Indonesia yang respondennya mengatakan bahwa mereka mengalokasikan 14.1% anggaran bulanan mereka untuk biaya pendidikan.
Negara-negara yang yang juga mengalokasikan 14 % atau lebih dari anggaran bulanan mereka untuk biaya pendidikan adalah Peru 18.6%, Filipina 15.4%, dan Pakistan 14.8%.
Di sisi lain, setengah dari responden di seluruh dunia mengatakan bahwa mereka tidak mampu membiayai pendidikan di tempat mereka tinggal. Lebih dari tiga perempat konsumen Brazil 76% di tempat teratas, diikuti oleh responden di Uni Emirat Arab 66% dan Arab Saudi 64%. (Pew/Nur)
Sumber: Liputan6
Tidak ada komentar