Pola hidup bersih harus dimulai sejak dini.
Aksi peduli lingkungan (ilustrasi)
Cinta lingkungan dan bergaya hidup bersih merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Menanamkan dua hal tersebut mesti dimulai sejak dini. Setidaknya, ikhtiar sederhana itu telah dimulai keluarga besar Madrasah Ibtidaiyah (MI) Tarbiyatul Falah.
Lembaga yang berlokasi di Jalan Masjid Jami As-Syifa, Jatijajar, Tapos, Depok, Jawa Barat, tersebut menggelar Waw Day. Sebuah program green school yang bertujuan mengajarkan anak cinta lingkungan dan menjaga kebersihan.
Karenanya, dua hal itu berdampak positif tidak hanya untuk pribadi, tetapi juga masyarakat luas. Kegiatan yang terselenggara berkat kerja sama apik dengan Yayasan Andaru Selaras Indonesia (YAS) tersebut dirangkai dengan sejumlah kegiatan.
Ahad (12/1) pagi, segenap murid MI Tarbiyatul Falah terlihat antusias mengikuti rentetan acara. Setiap satu kegiatan terdiri atas dua kelas yang berjumlah masing-masing 40 orang. Waktu yang diberikan 30 menit.
Rangkain programnya, antara lain, menggambar, mewarnai, serta permainan yang mengasah pengetahuan tentang kebersihan dan pelestarian lingkungan. Lokasi kegiatan terbagi menjadi tiga, lantai dua, ruang kelas bawah, dan lapangan upacara.
Setidaknya, 10 guru tampil mendampingi berikut pendamping dari YAS sebanyak dua orang. Keceriaan tak bisa disembunyian dari raut wajah para anak didik. Apalagi, panitia membagikan hadiah di tengah-tengah kegiatan.
Ketua panitia Waw Day Asia Works Leadership Program 117 Okta Malandi mengatakan, kegiatan diawali dengan memberikan keterampilan pembuatan kerajinan tangan. Keterampilan tersebut diharapkan bermanfaat bagi diri sendiri dan mampu menghasilkan rupiah.
Selain keterampilan, ujarnya, YAS juga mengajarkan pemanfaatan daur ulang sampah. Baik untuk bahan kerajinan tangan maupun untuk pemanfaatan lainnya. Alhasil, berkat pelatihan singkat ini, sejumlah hasil karya mereka telah berhasil dibuat dan siap dipasarkan.
Di antaranya, taplak meja, tas daur ulang kemasan, manik-manik, dan buku dari daur ulang kertas. “Kita juga lengkapi fasilitas sekolah yang belum ada,” ujarnya.
Di antaranya, bangku, meja kelas, toilet, serta perpustakaan sekolah. Bantuan program tersebut diberikan setelah melalui proses survei terlebih dahulu. Dan, pihaknya melihat salah satu budaya jelek siswa, yakni membuang sampah sembarangan. “Terutama, di laci meja,” kata Okta.
Ia mengatakan, perlu ada pendidikan terus menerus untuk menciptakan tradisi bersih tidak hanya di kelas, tetapi di rumah dan lingkungan sekitar mereka.
Apalagi, kelas yang kotor akan berdampak pada kesehatan mereka, termasuk memengaruhi konsentrasi belajar. Selain edukasi kebersihan, pihaknya menggelar pula pengobatan gratis yang dikhususkan bagi warga tak mampu di sekitar sekolah.
Ketua Yayasan MI Tarbiyatul Falah Nur Ali menilai positif kegiatan ini. Manfaatnya dirasakan, tak terkecuali warga sekitar. Karena itu, pihaknya berharap program serupa terlaksana rutin. Bila perlu, menjadi kegiatan ekstrakurikuler.
Nur Ali mengakui warga dan anak-anak dari keluarga tidak mampu memang kurang memperhatikan kebersihan dan kesehatan lingkungan. Sehingga, kebiasaan hidup bersih pun belum dapat diterapkan secara maksimal, baik di sekolah maupun di rumah.
Ia berharap, melalui edukasi semacam ini, bisa menularkan virus positif agar berpola hidup sehat. Ia pun mengapresiasi pemberian bekal ketrampilan dan pendaurulangan sampah.
Sampah yang tak terpakai disulap sedemikian rupa menjelma pundi-pundi rupiah yang menghasilkan. “Para ibu rumah tangga pun kini bisa berdaya,” ujarnya.
Sumber: Republika
Tidak ada komentar