Select Menu

ads2

Slider

Featured Post (Slider)

Rumah - Interior

Recent Comments

Kesehatan

Social Icons

google plus facebook linkedin

Artikel Popular

Portfolio

Motivasi Kerja

Travel

Performance

Cute

My Place

Motivasi Kerja

Racing

Videos

» » Manajemen Resiko: Selalu Waspada Dan Curiga (2 dari 2)
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama



JAKARTA - Pada edisi sebelumnya diulas tentang manajemen risiko berkendara. Ada dua tahapan yang perlu diperhatikan, sebelum dan saat berkendara. Untuk yang disebut pertama ada 3 poin penting yang harus diperhatikan. Yaitu, memeriksa dan menyiapkan kendaraan, lalu memeriksa benda di dalam kendaraan, terakhir persiapan fisik dan mental pengendara. 

Nah buat yang penasaran, berikut artikel lanjutannya tentang persiapan fisik dan mental.

3. Persiapan fisik dan mental. 

Nah hal inilah yang tidak dilakukan oleh Ahmad seperti yang ditulis pada edisi lalu. Secara fisik memang masih kuat, tetapi pikiran lagi pusing karena masalah pekerjaan. 

Kalau bisa tenangkan dulu pikiran dengan mendengarkan musik atau hal yang menyegarkan. Baru lanjutkan perjalanan. “Kalau masih mumet juga ya nebeng teman aja atau naik angkutan umum. Lebih amankan?” ungkap Momon S Maderoni dari Jakarta SmartDrive Driving Consulting.

Manajemen risiko juga meliputi pemahaman terhadap faktor biologis, yakni waktu istirahat dan kondisi kesehatan pengemudi. Keletihan berisiko besar terhadap kecelakaan. Oleh karenanya waktu tidur efektif adalah 7-8 jam setiap hari. Kemudian setiap 3-4 jam perjalanan sebaiknya istirahat 15 hingga 30 menit. 

"Kondisi kesehatan juga patut dioptimalkan, jangan sesekali mengambil risiko dengan berkendara ketika kondisi badan kurang sehat,” terang Jusri Pulubuhu direktur Jakarta Defensive Driving Consulting. 

Mending istirahat sebentar daripada istirahat selamanya.

II. Saat Berkendara. 

Ada 2 hal yang harus diperhatikan saat berkendara di manajemen risiko. Berikut uraiannya.



1. Waspada pada kondisi dan situasi.

Maksudnya pengendara harus bisa mengantisipasi kondisi atau situasi di sekitarnya. Sehingga bisa menilai bahaya yang akan terjadi dengan mengendalikan resiko. 

Contohnya, saat berkendara, pengendara melihat kondisi mobil atau motor di depannya tidak berjalan dengan benar. Segera curigai ada masalah di depan. Bisa karena kendaraannya rusak atau pengemudinya yang tidak disiplin. 

Dari situ pengendara sudah bisa mengantisipasi dan menilai bahaya yang akan terjadi jika terlalu dekat dengan kendaraan di depannya. Makanya risiko bisa dihindari dengan tidak berkendara dekat dengan mobil atau motor di depannya.

“Setiap pengendara harus selalu berasumsi/berandai yang terburuk alias curigaan. Ingat aja kata bila, seandainya, jika…Misalnya, saat hendak menyalip langsung berasumsi seandainya ada mobil dari lawan arah. Pasti akan lebih hati-hati dan waspada. Jadi pengemudi bisa menilai, memperkirakan dan mengantisipasi situasi,” ungkap Momon S Maderoni lagi.



2. Berkendara aman.

a. Pandangan bebas. Pastikan pandangan selama membawa kendaraan tidak terhalang oleh sesuatu. Seperti ada benda yang ditaruh di dashboard atau kondisi kaca depan yang kotor. Segera singkirkan dan bersihkan. 

b. Jarak aman. Idealnya jarak aman antar kendaraan adalah 3 detik. Kenapa yang dipakai sebagai satuannya adalah detik bukan meter? 

Karena unsur waktu lebih fleksibel, bisa menyesuaikan dengan kecepatan mobil. Jika angka di spidometer tinggi jarak juga semakin jauh. 

Begitu pula sebaliknya, saat mobil atau motor berjalan pelan jarak juga jadi lebih dekat. “Beda kalau di patok jarak aman harus 100 meter. Saat kecepatan tinggi ok, tapi saat pelan dan macet jadi terlalu jauh jaraknya.”

Khusus untuk kondisi macet, agar jarak aman tetap terjamin, lakukan dengan melihat roda belakang mobil di depan sebagai patokan. Jika sudah tidak terlihat artinya jarak terlalu dekat.  Pastikan pula jika roda depan dibelokan patah mobil bisa masuk ke jalur lain, tidak terhalang mobil di depan. “Untuk mengatisipasi jika terjadi sesuatu dengan kendaraan di depan mobil kita bisa langsung bergerak.”

c. Selalu melihat jauh ke depan. Tujuannya untuk mengetahui keadaan di depan. Agar pengendara bisa segera mengantisipasi jika terjadi sesuatu. Seperti ketika hendak menyalip kendaraan di depannya, saat masuk tikungan dan lainnya. 

Melihat jauh membuat efek respon jadi lebih bagus. Sehingga tepat dalam mengambil tindakan. Baik dalam kondisi macet atau lancar. “Tentu dengan tetap waspada dan ‘curiga’ dengan kondisi kendaraan yang ada persis di depan kita.” 


About Unknown

Beritabuzz.blogspot.com merupakan salah satu divisi pengembangan Portal Online Pengetahuan Umum dari Kios Buku Gema (Gemar Membaca)™.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar

Leave a Reply