Yanto, sebut saja begitu, cukup kesal dengan kejadian yang menimpanya. Bagaimana tidak, tunggangannya terguling karena selip di jalan licin. "Tapi, airbag tidak mengembang! Bagaimana bisa?" ungkapnya. Nah, di sinilah permasalahannya. Ada anggapan kantung udara itu merupakan peranti yang selalu mengembang dengan berbagai kondisi ‘kecelakaan' padahal, perlu ‘syarat dan ketentuan' yang menentukan kapan SRS Airbag itu harus mengembang.
TERBACA SENSOR
Kantung udara yang teknologi dasarnya digunakan sampai saat ini, ditemukan oleh Yasuzaburou Kobori, tahun 1963 di Jepang, kemudian dikembangkan oleh General Motors pada 1974 dan Mercedes-Benz pada 1981 yang menggunakan pre-tension seatbelt.
Nah, melalui perkembangan ini, kantung udara dibuat agar mampu bereaksi semakin cepat, dan penggunaan sensor untuk mengaktifkan kantung udara adalah sebuah keharusan.
Sensor ini yang membaca kapan semestinya kantung udara mengembang. "Untuk dual SRS Airbags, umumnya akan mengembang pada saat terjadi tabrakan/benturan frontal (dari depan, red)," ungkap Parman Suanda, Service Manager Plaza Toyota, Tendean, Jaksel.
Sensor berupa akselerometer itu, akan mengukur seberapa besar benturan dari depan yang diterimanya dan akan mengaktifkan airbag. Jika terguling, kemungkinan besar kantung udara yang berada di depan penumpang dan pengemudi tak akan mengembang. Begitu pun ketika terjadi tabrak belakang, belum tentu mengembang kantung ‘berpeledak' itu.
"Untuk yang menggunakan side/curtain airbag, tentu akan mengembang, karena memang sensornya membaca pergerakan di samping mobil," lanjutnya. Lantas, bagaimana kalau terjadi kerusakan? Apakah bisa terdeteksi?
"Bisa dilihat pada indikator di dasbor, saat kontak baru ON, akan muncul gambarnya, lantas akan mati sesaat setelah mesin hidup," ujar Usman Adie, Workshop Manager Tunas Toyota, Dewi Sartika, Jaktim. "Selain itu, perhatikan juga kadaluarsanya, biasanya setelah 10 tahunan," jelasnya.
Nah, berapa besar biaya penggantian airbag jika sudah mengembang dan akan diganti baru? "Sekitar Rp 12 jutaan hingga lebih," tutur Parman. Nah, jadi jangan lantas asal menuduh kantung udara tidak berfungsi, bukan? Banyak faktor yang membuat kantung udara ini bisa ‘enggan' aktif.
TERBACA SENSOR
Kantung udara yang teknologi dasarnya digunakan sampai saat ini, ditemukan oleh Yasuzaburou Kobori, tahun 1963 di Jepang, kemudian dikembangkan oleh General Motors pada 1974 dan Mercedes-Benz pada 1981 yang menggunakan pre-tension seatbelt.
Nah, melalui perkembangan ini, kantung udara dibuat agar mampu bereaksi semakin cepat, dan penggunaan sensor untuk mengaktifkan kantung udara adalah sebuah keharusan.
Sensor ini yang membaca kapan semestinya kantung udara mengembang. "Untuk dual SRS Airbags, umumnya akan mengembang pada saat terjadi tabrakan/benturan frontal (dari depan, red)," ungkap Parman Suanda, Service Manager Plaza Toyota, Tendean, Jaksel.
Sensor berupa akselerometer itu, akan mengukur seberapa besar benturan dari depan yang diterimanya dan akan mengaktifkan airbag. Jika terguling, kemungkinan besar kantung udara yang berada di depan penumpang dan pengemudi tak akan mengembang. Begitu pun ketika terjadi tabrak belakang, belum tentu mengembang kantung ‘berpeledak' itu.
"Untuk yang menggunakan side/curtain airbag, tentu akan mengembang, karena memang sensornya membaca pergerakan di samping mobil," lanjutnya. Lantas, bagaimana kalau terjadi kerusakan? Apakah bisa terdeteksi?
"Bisa dilihat pada indikator di dasbor, saat kontak baru ON, akan muncul gambarnya, lantas akan mati sesaat setelah mesin hidup," ujar Usman Adie, Workshop Manager Tunas Toyota, Dewi Sartika, Jaktim. "Selain itu, perhatikan juga kadaluarsanya, biasanya setelah 10 tahunan," jelasnya.
Nah, berapa besar biaya penggantian airbag jika sudah mengembang dan akan diganti baru? "Sekitar Rp 12 jutaan hingga lebih," tutur Parman. Nah, jadi jangan lantas asal menuduh kantung udara tidak berfungsi, bukan? Banyak faktor yang membuat kantung udara ini bisa ‘enggan' aktif.
Penulis : Ben • Teks Editor : Bagja • Foto : ilustrasi
Tidak ada komentar