Dihuni puluhan ribu manusia purba. Diduga sebagai 'jantung' Eropa.
Doggerland, daratan yang hilang di Inggris
(Daily Mail)
VIVAnews -- Selama ribuan tahun manusia berusaha menelusuri keberadaan Atlantis atau Atlas, kota berperadaban maju yang diungkap Plato dalam bukunya, "Timaeus" dan "Critias", yang tenggelam hanya dalam waktu sehari semalam. Namun hingga saat ini belum ada titik terang.
Meski tak berkaitan langsung dengan Atlantis yang melegenda, baru-baru ini, tim penyelam dan ilmuwan dari Univesity of St Andreews, Inggris mengungkap temuan tentang dunia bawah air yang tenggelam di Laut Utara sekitar 6.500 Sebelum Masehi, atau lebih dari 8.500 tahun lalu. Dijuluki "Atlantis" Inggris.
Disebut Doggerland, ia adalah daratan yang luas dan kering yang terbentang dari Skotlandia hingga Denmark, yang tenggelam di bawah air.
Tim yang terdiri dari ahli iklim, arkeolog, dan geofisikawan saat ini sedang memetakan area bawah laut itu, berdasarkan data yang didapatkan oleh perusahaan minyak yang mengeksplorasi kawasan tersebut. Para ilmuwan juga menemukan, di masa lalu daratan tersebut juga menjadi tempat hidup mammoth -- gajah purba berukuran raksasa. Juga rusa.
Bagaimana dengan manusia yang ada di sana? Para peneliti memperoleh gambaran, daratan yang tenggelam ini sebelumnya memiliki populasi hingga puluhan ribu orang. Mereka hidup di area yang membentang dari selatan Skotlandia, melewati Denmark, dan bawah Selat Inggris, hingga Channel Island.
Dengan populasi sedemikian banyak, area tersebut di masa lalu diduga sebagai 'jantung' Eropa, yang lenyap diduga karena terjangan tsunami dahysat. "Kami bisa memahami orang-orang yang hidup saat itu," kata Richard Bates, ilmuwan dari University of St Andrews, seperti dimuat Daily Mail, 3 Juli 2012.
Fakta dan data soal kota yang tenggelam itu sekaligus menjadi bukti, bahwa kenaikan level air laut telah terjadi sejak lama. "Orang-orang kelihatannya berpikir kenaikan level air laut adalah hal yang baru-- tapi itu adalah bagian dari siklus sejarah Bumi yang terjadi beberapa kali," kata Bates.
Bates menambahkan, penelitian juga menguak misteri Laut Utara yang telah lama menjadi pertanyaan para ilmuwan. "Selama bertahun-tahun kami telah berspekulasi tentang eksistensi daratan yang hilang, berdasarkan tulang yang terjaring para nelayan di Laut Utara. Namun baru ketika kerjasama dilakukan dengan perusahaan minyak, kami mendapat gambaran seperti apa bentuknya."
Saat ini para ilmuwan telah berhasil membuat model flora dan manusia di masa itu, juga membuat gambaran manusia purba yang tinggal di sana dan memahami peristiwa dramatis yang mengubah daratan tersebut untuk selamanya, termasuk, kenaikan level air laut dan tsunami dahsyat.
Sebuah pameran juga digelar, untuk menampilkan cara hidup penduduk Mesolitikum dari Doggerland, melalui artefak yang ditemukan jauh di dasar laut. Termasuk, potongan batu api digunakan oleh manusia kala itu.
Sementara, rekonstruksi menunjukkan gambaran tentang daratan yang berbentuk bukit dan lembah, rawa dan danau luas, dan sungai-sungai besar membentuk garis pantai yang kompleks.
Saat permukaan laut naik, bukit-bukit itu menjadi pulau terisolasi. Dengan meneliti data fosil, seperti serbuk sari, mikrofauna dan makrofauna - para peneliti dapat mengetahui apa jenis vegetasi tumbuh di Doggerland dan apa saja hewan yang berkeliaran di sana.
Tim peneliti saat ini sedang menyelidiki lebih banyak tentang perilaku manusia Doggerland, termasuk misteri batu tegak yang diduga sebagai kuburan raksasa.
"Kami belum menemukan 'lokasi x' yang bisa dijadikan penanda atau landmark. Namun, kami telah menemukan banyak artefak dan fitur-fitur terendam yang sulit dijelaskan itu terbentuk secara alami, seperti gundukan yang dikelilingi parit dan fosil tunggul pohon di dasar laut," kata Bates.
Dia mengakui, hanya sedikit bukti yang masih tersisa, lebih banyak yang terkikis di bawah laut.
Menarik perhatian sejak 1931
Potensi keberadaan peninggalan arkeologi di wilayah Doggerland sejatinya telah menjadi bahan perbincangan di awal abad ke-20. Saat itu palaeobiolog, Clement Reid pada tahun 1913 telah mempelajari fosil tumbuhan purba yang terangkat dari lokasi itu.
Namun, ia baru menarik perhatian publik secara luas pada 1931, saat kapal trol komersial tak sengaja menjaring tengkorak tanduk berduri.
Kapal lain mengangkat sisa-sisa mammoth dan singa. Juga alat prasejarah dan senjata yang digunakan oleh penduduk di kawasan itu.
Pada tahun 1990-an, Profesor Bryony Coles menamakan area itu, "Doggerland".
Tidak ada komentar