Penyelam mengamati berbagai ikan di kawasan Waiwo, Raja Ampat, Papua Barat, Jumat (1/6). Di balik keindahan dan kepentingannya terhadap keseimbangan alam, air laut digadang-gadang bisa menjadi sumber energi alternatif. Akan tiba masanya mengucapkan selamat tinggal pada energi fosil di Indonesia yang luas lautnya sangat luar biasa. (ANTARA/Rosa Panggabean)
Tanjungpinang, Kepulauan Riau (ANTARA News) - "Air laut bakal menjadi bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan di Provinsi Kepulauan Riau, kata ahli kemaritiman pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kepulauan Riau, Dr Ir Eddiwan MSc. Kita tunggu penerapannya pada skala massal.
"Penyulingan air laut menjadi biodiesel yang merupakan bahan bakar energi alternatif telah berhasil kami uji; tinggal lagi penyesuaian mesin kapal yang cocok untuk biodiesel tersebut," kata Eddiwan, di Tanjungpinang, Senin.
Penyesuaian mesin kapal maksud dia apakah biodiesel tersebut cocok untuk mesin berbahan bakar premium atau solar.
Ia mengatakan, pemanfaatan tekologi biodiesel dari air laut itu merupakan program instansi itu menjawab kelangkaan bahan bakar minyak.
"Teknologinya sederhana bahkan dapat dilakukan oleh nelayan yang tidak bersekolah sekalipun," ungkap Eddiwan yang memperoleh gelar magister dari Tokyo University.
Air laut diendapkan dulu dalam bak penampungan dan kemudian disuling dengan alat penyulingan berukuran 0,1 mikron (plankton net). Air laut sulingan itu akan menghasilkan minyak sel yang berasal dari biota-biota yang hidup di laut.
Alumni Boston University ini mengatakan, teknologi biodiesel dari air laut telah dipakai di Amerika Serikat untuk skala industri. Sedangkan yang dia buat untuk skala kecil terutama untuk bahan bakar kapal nelayan dan listrik di rumah masyarakat yang bermukim di pulau-pulau.
Ia mengatakan pernah mempresentasikan teknologi air laut itu di Kementerian Kelautan dalam rapat teknis untuk pengembangan biodiesel di Indonesia, tetapi idenya itu ditolak dengan alasan mahal.
"Padahal kalau saja pemerintah mau, tidak susah mengajak masyarakat hemat energi. Lingkungan laut ada untuk mendapatkan energi listrik dan teknologinya tidak mahal, masyarakat awam pun dapat membuatnya," ungkap Eddiwan. (*)
Tidak ada komentar