google.com
Situs Tondowongso
KEDIRI, KOMPAS.com--Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, menyesalkan perusakan situs di Dusun Tondowongso, Desa Gayam, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Kadiri.
"Pemkab harus segera bertindak untuk menangani masalah itu. Harusnya, ditinjau kembali dan masyarakat pun harus proaktif," kata arkeolog BP3 Trowulan, Wicaksono, kepada ANTARA, Selasa.
Ia mengaku sangat prihatin dengan perusakan situs tersebut berupa penggalian pasir. Walaupun pemilik lahan enggan menjual kepada pemerintah, tidak seharusnya pemilik tanah memikirkan diri sendiri, dengan merusak peninggalan bersejarah.
Wicaksono berharap pemilik lahan itu lebih memperhatikan kepentingan masyarakat banyak daripada kepentingan pribadi. Belum tuntasnya masalah pembebasan lahan, ia akui ini adalah satu masalah. Tapi, ia meminta agar pemkab segera menindaklanjuti rekomendasi luas potensi kepurbakalaan.
"Kami sudah memberikan rekomendasi luas lahan yang dimungkinkan ada potensi kepurbakalaan. Namun, kami juga mengembalikan pada masyarakat, agar mereka tidak mementingkan harta saja," katanya yang menyayangkan sikap pemilik tanah yang tidak mau menjual lahannya dengan alasan harganya terlalu murah.
Pihaknya menyebut sebenarnya terjadinya perusakan struktur situs itu bisa melanggar Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya. Namun, ia masih berharap pemda segera bertindak, dan meminta agar kegiatan penggalian pasir dihentikan.
Ia juga menegaskan, Balai Arkeologi Yogyakarta yang juga bekerja sama dengan pemda selalu mengagendakan untuk penelitian di situs yang diyakini sebagai Kerajaan Kadiri tersebut.
Wicaksono berharap di temuan-temuan seterusnya ada perkembangan lebih baik, bukan temuan yang justru menjadikan situs itu rusak.
Situs Tondowongso merupakan situs temuan purbakala pada awal 2007 di Dusun Tondowongso, Desa Gayam, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri.
Situs seluas lebih dari satu hektare ini dianggap sebagai penemuan terbesar untuk periode klasik sejarah Indonesia dalam 30 tahun terakhir, pascatemuan Kompleks Percandian Batujaya.
Penemuan situs ini diawali dari ditemukannya sejumlah arca oleh sejumlah perajin batu bata setempat. Di lokasi itu, ditemukan sekitar 13 arca serta struktur pagar dari batu bata. Untuk arca, saat ini telah dibawa ke Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan.
Berdasarkan bentuk dan gaya tatahan arca yang ditemukan, situs ini diyakini sebagai peninggalan masa Kerajaan Kadiri awal (abad XI), masa-masa awal perpindahan pusat politik dari kawasan Jawa Tengah ke Jawa Timur. Kerajaan itu tertutup pasir dari letusan Gunung Kelud (1.730 mdpl).
Selama ini Kerajaan Kadiri dikenal dari sejumlah karya sastra namun tidak banyak diketahui peninggalannya dalam bentuk bangunan atau hasil pahatan.
Pelaksana Tugas Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Kabupaten Kediri Edhi Purwanto mengaku belum mendengar tentang perusakan situs tersebut. Namun, ia berjanji segera melakukan cek ke lokasi untuk kepastian kabar itu. "Kalau memang merusak, penggalian pasir harus dihentikan," kata Edhi.
Sumber
Tidak ada komentar