Oleh Mochamad Yusuf
Rasa tidak puas itu bisa positif atau negatif, karena faktor yang melekat pada seorang manusia. Namun seharusnya ditumbuhkan dan disalurkan dalam bentuk yang positif, konstruktif dan obyektif.
Puas adalah rasa dan yang namanya rasa itu sangat relatif dan subyektif. Satu hal sama bisa menimbulkan perasaan berbeda pada dua orang yang berbeda.
Karena itu penilaian kepuasan itu tidak bisa dipukul rata. Kepuasan seseorang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Antara lain adalah faktor sosial ekonomi dan faktor kepribadian yang melekat. Semua menjadi warna hidup seseorang karena pembawaan ataupun karena pengaruh lingkungan maupun karena faktor latar belakang pendidikan.
Ada karyawan yang telah merasa puas dengan kondisi seperti yang saat ini dirasakan. Tetapi mungkin ada banyak karyawan yang tidak puas dengan situasi dan kondisi itu. Sebagai contoh kita ambil soal lingkungan kerja termasuk di dalamnya masalah sistem, prosedur, fasilitas, peraturan, kinerja-kinerja yang telah dicapai kondisi-kondisi fisik, lingkungan sosial maupun mental. Semua itu dapat menimbulkan interprestasi dan rasa yang berbeda.
Ada karyawan yang merasa sangat puas, ada yang cukup puas ada yang tidak puas. Hal ini adalah lumrah dan menusiawi dan mengungkapkan rasa adalah hak asasi manusia. Sejauh ungkapan rasa (puas atau tidak puas) itu tidak mengganggu ketertiban dan kepentingan umum, maka tidak ada yang berhak untuk melarang.
Antara objek kepuasan dan subjek kepuasan memang tidak selalu bisa klop. Karena setiap orang menilai, memandang sesuatu dari sudut atau titik pandang yang berbeda.
Rasa tidak puas itu bisa positif. Karenanya dinamika rasa tidak puas yang hidup di lingkungan, tidak bijak kalau dipupus begitu saja. Rasa tidak puas itu perlu ditumbuhkan dan disalurkan dalam bentuk manifestasi yang positif, konstruktif dan obyektif.
Adanya kemajuan dalam satu organisasi adalah karena timbulnya rasa tidak puas, rasa ingin lebih baik, rasa untuk lebih maju. Karena itu sebenarnya ketidakpuasan itu adalah energi menuju suatu perubahan. Dan perubahan adalah titik awal dari suatu kemajuan.
Karena itu pupuklah rasa tidak puas itu dan salurkan pada kegiatan, pemikiran yang konstruktif, positif dan beritikad baik.
Sumber
ilustrasi - quantumfeeling.blogspot.com
Rasa tidak puas itu bisa positif atau negatif, karena faktor yang melekat pada seorang manusia. Namun seharusnya ditumbuhkan dan disalurkan dalam bentuk yang positif, konstruktif dan obyektif.
Puas adalah rasa dan yang namanya rasa itu sangat relatif dan subyektif. Satu hal sama bisa menimbulkan perasaan berbeda pada dua orang yang berbeda.
Karena itu penilaian kepuasan itu tidak bisa dipukul rata. Kepuasan seseorang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Antara lain adalah faktor sosial ekonomi dan faktor kepribadian yang melekat. Semua menjadi warna hidup seseorang karena pembawaan ataupun karena pengaruh lingkungan maupun karena faktor latar belakang pendidikan.
Ada karyawan yang telah merasa puas dengan kondisi seperti yang saat ini dirasakan. Tetapi mungkin ada banyak karyawan yang tidak puas dengan situasi dan kondisi itu. Sebagai contoh kita ambil soal lingkungan kerja termasuk di dalamnya masalah sistem, prosedur, fasilitas, peraturan, kinerja-kinerja yang telah dicapai kondisi-kondisi fisik, lingkungan sosial maupun mental. Semua itu dapat menimbulkan interprestasi dan rasa yang berbeda.
Ada karyawan yang merasa sangat puas, ada yang cukup puas ada yang tidak puas. Hal ini adalah lumrah dan menusiawi dan mengungkapkan rasa adalah hak asasi manusia. Sejauh ungkapan rasa (puas atau tidak puas) itu tidak mengganggu ketertiban dan kepentingan umum, maka tidak ada yang berhak untuk melarang.
Antara objek kepuasan dan subjek kepuasan memang tidak selalu bisa klop. Karena setiap orang menilai, memandang sesuatu dari sudut atau titik pandang yang berbeda.
Rasa tidak puas itu bisa positif. Karenanya dinamika rasa tidak puas yang hidup di lingkungan, tidak bijak kalau dipupus begitu saja. Rasa tidak puas itu perlu ditumbuhkan dan disalurkan dalam bentuk manifestasi yang positif, konstruktif dan obyektif.
Adanya kemajuan dalam satu organisasi adalah karena timbulnya rasa tidak puas, rasa ingin lebih baik, rasa untuk lebih maju. Karena itu sebenarnya ketidakpuasan itu adalah energi menuju suatu perubahan. Dan perubahan adalah titik awal dari suatu kemajuan.
Karena itu pupuklah rasa tidak puas itu dan salurkan pada kegiatan, pemikiran yang konstruktif, positif dan beritikad baik.
Sumber
Tidak ada komentar