Ilustrasi jagung hibrida (ANTARA/Sigid Kurniawan)
Bengkulu (ANTARA News) - Jagung hibrida temuan para penelitian Universitas Bengkulu bisa memproduksi 11 ton per hektare, mengalahkan produksi jagung nasional 4,5 ton per hektare.
"Dalam teorinya produksi jagung nasional antara 10-11 ton per hektare, namun kenyataannya hanya 4,5 ton," kata peneliti jagung hibrida Universitas Bengkulu (Unib) Suprapto, Kamis.
Ia mengatakan, hasil temuan penelitian Unib saat ini ada tiga jenis yaitu Sp1,Sp2 dan Supra 1, ketiga jenis jagung itu produksinya cukup tinggi dan hanya menggunakan pupuk organik.
Berdasarkan hasil tanam pada lokasi subur yaitu di Rejang lebong dan Kabupaten Kepahiang produksi tiga jenis jagung unggul Unib itu menghasilkan 11 ton per hektare.
Sedangkan bila ditanam pada lahan marginal atau lahan tidak subur varitas ini bisa memproduksi 6,5 ton per hektare.
Produksi tersebut naik hampir tiga kali lipat dari varitas jagung yang ada di Bengkulu yang rata-rata cukup rendah.
Mantan Dekan Fakultas Pertanian Unib itu mengatakan, untuk menghasilkan tiga varitas unggul itu pihaknya mengambil 17 unit sampel jagung.
Dari 17 sampel itu terdiri atas sepuluh sampel produksi pada musim hujan dan sisanya pada musim kemarau di dua provinsi yaitu Bengkulu dan Sumsel.
Jagung hibrida ada tiga karakteristik antara lain tumbuh baik dan menghasilkan pada tanah subur dan perlu perawatan intensif.
Namun tiga varitas jagung hasil temuan tersebut kelebihannya tanpa menggunakan pupuk bahan kimia dan produksinya cukup tinggi.
Dengan temuan itu mudah-mudahan Bengkulu akan menjadi sentra bibit jagung hibrida lebih unggul dari nasional, ujarnya.
Humas Unib Suharyanto mengatakan, hasil tiga jenis jagung penelitian para dosen Fakultas Pertanian itu mulai di salurkan ke petani dan bahkan sudah banyak menghasilkan.
"Bila bibit varitas jagung Unib Bengkulu sudah berkembang secara nasional, mudah-mudahan Indonesia tak perlu pengimpor jagung lagi," ujarnya. (MHE*Z005)
Tidak ada komentar