Oleh Himawan Wijanarko*
Gunung Rinjani (blog.uad.ac.id)
Dalam mendaki tangga karir terdapat tiga kata kunci yang harus mendapat perhatian utama dan tidak boleh terlupakan yaitu motif, motivasi, dan kompetisi. Ilustrasi ini dapat menjelaskan betapa pentingnya ketiga kata itu, bagi pencapaian karir Anda.
Jika Anda mendaki gunung, apakah yang paling Anda perlukan? Bekal makanan, peralatan, atau ketrampilan? Tentu semuanya penting, tapi yang paling penting: apa yang menjadi alasan mengapa harus mendaki gunung. Jika alasan mendaki gunung hanya sekedar untuk coba-coba, sedikit saja mengalami rintangan maka perjalanan tidak akan dilanjutkan. Pendakian pun berlangsung santai, dan tidak ngotot untuk sampai ke puncak dengan cepat.
Lain lagi jika alasannya adalah untuk mengukir prestasi. Apakah ingin menjadi orang yang pertama mencapai puncak gunung itu, atau waktu pendakian ingin memecahkan rekor waktu tercepat, maupun mengukir nama kelompoknya sebgai salah satu penakluk gunung itu. Maka pendakian gunung akan dipersiapkan dengan matang, direncanakan dengan cermat dan dilakukan dengan penuh semangat. Juga tidak mudah menyerah terhadap tantangan dan rintangan yang ditemui. Masalah waktu juga dipertimbangkan dengan baik.
Mendaki gunung memang dapat didorong oleh bermacam alasan. Misalnya dilakukan oleh para pengungsi untuk menghindari bencana alam, kerusuhan atau perang. Para pendaki gunung yang didorong oleh rasa takut dan cemas ini juga mempunyai semangat yang sangat tinggi. Mereka akan mendaki gunung dengan secepat mungkin, dengan energi yang luar biasa besar untuk segera mencapai daerah yang dianggapnya aman. Walaupun tujuannya pertama kali adalah mendaki sampai puncak gunung, ketika mereka sudah menemukan tempat yang dirasakan aman, mereka akan ‘berkompromi’ degan tujuan yang ditempatkan semula.
Alasan mengapa seseorang mendaki gunung, inilah yang disebut sebagai motif. Pada kisah yang pertama motifnya adalah coba-coba. Tujuannya mendaki gunung. Pada motif yang hanya coba-coba pendakian tidak dilakukan dengan serius, semangat ala kadarnya, dan segera kembali jika menghadapi rintangan. Atau dengan kata lain motivasinya rendah.
Pada kisah yang kedua motifnya adalah untuk mengukir prestasi. Walaupun tujuannya sama, yaitu ke puncak gunung, tapi persiapannya dilakukan dengan matang, pelaksanaannya dilakukan dengan cermat dan penuh semangat, dan tidak mudah menyerah. Dengan kata lain motivasinya tergolong tinggi.
Pada kisah ketiga motifnya adalah mencari rasa aman. Walaupun tujuannya ke puncak gunung, jika dia menemukan tempat yang aman, dia akan berhenti dan tidak melanjutkan perjalanannya ke puncak gunung. Dengan kata lain motivasinya cukup tinggi untuk mendapatkan rasa aman. Tetapi ketika rasa aman itu sudah didapat motivasinya tidak lagi tinggi. Mereka adalah para survivor.
Jika motifnya untuk mengukir prestasi maka kegiatan dilaksanakan secara terencana, semangat tinggi, dan sikap tidak mudah menyerah sampai tujuannya tercapai yang dapat kita sebut sebagai achiever.
Berkaitan dengan pencapaian karir, acap dalam mendaki tangga karir dilandasi oleh beberapa motif sekaligus, tidak hanya motif tunggal. Seseorang terdorong untuk mencapai suatu posisi dilandasi oleh motif mencapai prestasi, memenuhi rasa aman dan penghargaan dari lingkungan. Namun diantara berbagai motif itu terdapat motif yang paling dominan yang melandasi seseorang dalam mendaki tangga karir.
Termasuk hitungan yang manakah Anda, achiever, survivor atau yang angin-anginan? Saya yakin Anda bukan tergolong yang terakhir. Motifnya hanya iseng-iseng saja, pelaksanaannya kurang serius dan mudah menyerah jika mendapat rintangan. Jika Anda menjalani karir dengan motif coba-coba, motivasinya menjadi rendah, dan keterikatan tujuan longgar.
Persoalannya dalam diri manusia terdapat dinamika kejiwaan. Ada saat-saat tertentu motivasi kita berada di tubir jurang. Jika suatu saat Anda mengalami demotivasi, ini adalah bagian dari dinamika kejiwaan manusia. Sesuatu yang wajar. Tapi jangan biarkan kejadian ini berlarut-larut dan menghancurkan karir Anda. Segera lakukan tindakan untuk memulihkannya (self re-motivation).
*The Jakarta Consulting Group
Tidak ada komentar