JAKARTA - Kami sudah ada sejak 100 lalu, dan kami akan membuat Rolls-Royce tetap hidup 100 tahun ke depan,” ujar Thomas G. Jefferson, Manager, Bespoke Sales and Communication Rolls-Royce Motor Cars Limiited, di Singapura, Sabtu (16/7). Itulah alasan, mengapa Rolls-Royce (RR) membangun Phantom 102EX. Menurut lelaki yang mirip Thierry Henry, mantan pemain sepak bola Barcelona (2007-2010), mesin konvensional dimasa depan bakal mendapat tantangan yang besar.
Alhasil, sebagai mobil Ultra Luxury, Rolls-Royce harus sudah memulai dari saat ini untuk ‘menyelamatkan’ merek terkenal itu pada masa mendatang. Maklum, semakin menipisnya sumber energi minyak bumi, bisa dipastikan bakal mempersulit mobil-mobil dengan mesin konvensional berkapasitas besar seperti yang dipakai Rolls-Royce pada line up produknya.
Tenaga Besar
Latar belakang seperti itulah yang menginspirasi para insinyur di Goodwood, markas besar Rolls-Royce untuk membangun mobil yang tetap pada kastanya: bertenaga, nyaman dikendarai dan tentu menampilkan jati diri pemiliknya dengan sentuhan aristokrat khas Rolls-Royce.
Maka, muncullah Phantom 102EX yang seluruh tenaganya digerakkan oleh listrik. Mobil yang cuma dibuat satu di seluruh dunia itu diperkenalkan pada ajang Geneve Motor Show awal tahun ini. Untuk kemudian, sebagai mobil experiment seharga 3 juta dollar (setara Rp 27 miliar) itu diuji coba ke seluruh dunia.
Sampai akhir 2011 ini, Phantom 102 EX akan terus diuji coba kepada para konsumen Rolls-Royce untuk mengetahui bagaimana reaksi konsumen dan para jurnalis otomotif tentang hasil karya Rolls-Royce.
Saat OTOMOTIF mencoba Phantom 102EX atas undangan Rolls-Royce Motor Cars di Singapura, Sabtu (16/7), tampaknya tujuan membuat mobil ultra mewah yang bebas polusi bisa terwujud dengan baik.
Pasalnya, tenaga yang disalurkan dari motor listrik berkapasitas 71 kWh itu mampu menyemburkan tenaga hingga maksimal 394,3 dk. Walaupun tenaga yang dihasilkan ini lebih kecil dari Phantom bermesin bensin (klaim pabrikan 453 dk). Tetapi saat pedal gas semakin ditekan, Phantom bermesin listrik yang juga disebut sebagai Phantom EE (Experimental Electric) itu, bisa memboyong mobil dengan bobot total mencapai 3,03 ton dengan baik.
Namun, seperti tipikal mobil listrik lainnya, ketika OTOMOTIF mencoba Phantom EE ini, akselerasi awal tak seresponsif Phantom bermesin bensin. Inilah tipikal mobil listrik yang mesti bisa ditoleransi. “Soal itu memang tak bisa dihilangkan, karena memang tipikal dari mobil listrik. Itulah tantangan masa depan nanti,” sebut Kevin Simons, Analysis technician, Rolls-Royce Motor Cars.
Senyap
Soal respons awal itu, segera terobati manakala mobil mulai melaju dari Art Space Center di Tanjung Jorong ke jalur bebas hambatan. Utamanya perihal kenyamanan dalam ruang kabin Phantom.
Phantom bermesin bensin 6,700 cc V12 yang juga diuji jalan sebagai komparasi sebenarnya juga sudah terasa senyap. Baik ketika menjadi penumpang di belakang, maupun ketika mengendarai mobil tersebut.
Walau demikian, meski peredaman Phantom bensin itu sudah demikian apik, masih sedikit terdengar bunyi mesin masuk ke dalam ruang kabin. Meskipun suara itu sebenarnya tidak mengganggu.
Lain halnya dengan kesenyapan yang disodorkan Phantom 102EX. Nyaris tak ada suara sedikitpun yang terdengar dari dalam kabin. Inilah yang membuat mobil listrik tampaknya memang bisa memberi kenyamanan lebih bagi kaum The Have yang membutuhkan kesenyapan di jalan raya.
Apalagi bila situasi jalan raya yang dilalui persis seperti di Jakarta yang selalu terjebak dalam kemacetan. Raungan mesin maupun kebisingan yang ditimbulkan dari kendaraan lain, bisa mengganggu kenikmatan di dalam kabin.
Ada keuntungan tersendiri ketika Rolls-Royce memilih mesin listrik sebagai dapur pacu pengganti mesin bensin. Paling tidak, sejumlah komponen yang sebelumnya cukup terasa menyita ruang kabin, kini bisa dihilangkan. Semisal propeller shaft yang tak lagi dipakai sehingga bisa menambah luas kabin mobil.
Namun, dari semua itu pemakaian listrik pada mobil super mewah juga menimbulkan perdebatan tersendiri. Apalagi, pemakaian baterai yang terbilang besar, membutuhkan waktu untuk mengisi ulang kelistrikan dengan waktu cukup lama. Jika menggunakan pengisian fase tunggal membutuhkan waktu 20 jam. Sedangkan jika menggunakan 3 fase membutuhkan waktu 8 jam.
Lompatan Besar
Namun, dari semua itu pemakaian listrik pada mobil super mewah juga menimbulkan perdebatan tersendiri. Apalagi, pemakaian baterai yang terbilang besar, membutuhkan waktu untuk mengisi ulang kelistrikan dengan waktu cukup lama. Jika menggunakan pengisian fase tunggal membutuhkan waktu 20 jam. Sedangkan jika menggunakan 3 fase membutuhkan waktu 8 jam.
Jika terisi penuh, baterai itu bisa digunakan untuk jarak tempuh sejauh 200 km ataujurang lebih jarak Jakarta-Garut. Sebenarnya jarak itupun sudah mencukupi. Sebab, jarak perjalanan sejauh itu nyaris tak pernah ditempuh para pemilik Rolls-Royce dengan kendaraannya.
Makanya, tak salah kalau penciptaan Phantom 102EX ini sebuah lompatan yang fenomenal pada industri mobil super mewah untuk di masa depan. (mobil.otomotifnet.com)
Penulis : Riz | Teks Editor : Bagja | Fotografer : Istimewa, Rizka
Tidak ada komentar