Pendidikan adalah lini penting dalam kehidupan sebuah bangsa. Pendidikan sebagai fondasi kemajuan sebuah bangsa. Pendidikan membekali ilmu pengetahuan bagi peserta didik, mengembangkan potensi mereka, dan sarana transfer nilai.
Belajar dari negara-negara, sekelas Singapura, Korea Selatan, Taiwan, dan Jepang, menurut studi yang dilakukan oleh Philip Kotler dan kawan-kawan dalam Soedijarto (2008), kemajuan yang mereka capai saat ini dimulai dari pembangunan infrastruktur meliputi infrastruktur fisik, teknologi, sumber daya manusia (SDM), dan kewirausahaan.
Adapun pembangunan SDM adalah melalui proses pendidikan. Tanpa pembangunan sumber daya manusia dalam sebuah negara, kata Harbison dan Myers, maka negara tersebut tidak akan dapat mengembangkan apa pun, baik sistem politik modern, rasa kesatuan bangsa, maupun kemakmuran.
Pentingnya pendidikan bagi pembangunan suatu bangsa pada abad ke-20 dan ke-21, menurut Soedijarto, dianut oleh para pemimpin negara, seperti Malaysia, Singapura, Taiwan, Korea Selatan, dan China, di mana negara tersebut merdeka setelah Indonesia.
Para pemimpin China pasca Mao Zedong, terutama Deng Xiaoping, misalnya, sangat menekankan pentingnya pendidikan dan kemudian hal tersebut benar-benar dilaksanakan. Kemudian, apabila kita melihat realita saat ini, maka tak mengherankan jika kemudian China hampir bisa menaklukkan negeri super power sekelas Amerika Serikat (AS).
Dalam majalah Economist September 2006, disebutkan bahwa negara-negara yang masuk ke dalam sepuluh besar ekonomi dunia pada tahun 2005 adalah Amerika Serikat, Jepang, Jerman, China, Inggris, Perancis, Italia, Kanada, Spanyol, Brasil.
Peringkat negara China hampir mendekati AS. China di peringkat 4, sedangkan AS masih pada posisinya di peringkat pertama. Akan tetapi, apa yang terjadi kemudian, di tahun 2040? Berdasarkan prediksi yang ada, maka diperoleh daftar sepuluh negara yang masuk ke dalam sepuluh besar ekonomi dunia. Antara lain, China, AS, India, Jepang, Meksiko, Rusia, Brasil, Jerman, Inggris, Perancis.
Dari paparan di atas, maka dapat diketahui bahwa China menduduki peringkat pertama, mengalahkan AS. Tak heran, prediksi tersebut kemungkinan akan terwujud. Ini disebabkan lini pendidikan sangat diperhatikan oleh Pemerintah China. Pada tahun 1990-1991, China menghasilkan sarjana IPA dan teknik sebanyak 200.000, sedangkan pada tahun 2004, China telah mencetak lulusan sarjana lebih dari 500.000 sarjana.
Belajar dari negara-negara, sekelas Singapura, Korea Selatan, Taiwan, dan Jepang, menurut studi yang dilakukan oleh Philip Kotler dan kawan-kawan dalam Soedijarto (2008), kemajuan yang mereka capai saat ini dimulai dari pembangunan infrastruktur meliputi infrastruktur fisik, teknologi, sumber daya manusia (SDM), dan kewirausahaan.
Adapun pembangunan SDM adalah melalui proses pendidikan. Tanpa pembangunan sumber daya manusia dalam sebuah negara, kata Harbison dan Myers, maka negara tersebut tidak akan dapat mengembangkan apa pun, baik sistem politik modern, rasa kesatuan bangsa, maupun kemakmuran.
Pentingnya pendidikan bagi pembangunan suatu bangsa pada abad ke-20 dan ke-21, menurut Soedijarto, dianut oleh para pemimpin negara, seperti Malaysia, Singapura, Taiwan, Korea Selatan, dan China, di mana negara tersebut merdeka setelah Indonesia.
Para pemimpin China pasca Mao Zedong, terutama Deng Xiaoping, misalnya, sangat menekankan pentingnya pendidikan dan kemudian hal tersebut benar-benar dilaksanakan. Kemudian, apabila kita melihat realita saat ini, maka tak mengherankan jika kemudian China hampir bisa menaklukkan negeri super power sekelas Amerika Serikat (AS).
Dalam majalah Economist September 2006, disebutkan bahwa negara-negara yang masuk ke dalam sepuluh besar ekonomi dunia pada tahun 2005 adalah Amerika Serikat, Jepang, Jerman, China, Inggris, Perancis, Italia, Kanada, Spanyol, Brasil.
Peringkat negara China hampir mendekati AS. China di peringkat 4, sedangkan AS masih pada posisinya di peringkat pertama. Akan tetapi, apa yang terjadi kemudian, di tahun 2040? Berdasarkan prediksi yang ada, maka diperoleh daftar sepuluh negara yang masuk ke dalam sepuluh besar ekonomi dunia. Antara lain, China, AS, India, Jepang, Meksiko, Rusia, Brasil, Jerman, Inggris, Perancis.
Dari paparan di atas, maka dapat diketahui bahwa China menduduki peringkat pertama, mengalahkan AS. Tak heran, prediksi tersebut kemungkinan akan terwujud. Ini disebabkan lini pendidikan sangat diperhatikan oleh Pemerintah China. Pada tahun 1990-1991, China menghasilkan sarjana IPA dan teknik sebanyak 200.000, sedangkan pada tahun 2004, China telah mencetak lulusan sarjana lebih dari 500.000 sarjana.
Ika Feni Setiyaningrum
Mahasiswa FMIPA UNY
Karangmalang
Yogyakarta
Mahasiswa FMIPA UNY
Karangmalang
Yogyakarta
Tidak ada komentar