Select Menu

ads2

Slider

Featured Post (Slider)

Rumah - Interior

Recent Comments

Kesehatan

Social Icons

google plus facebook linkedin

Artikel Popular

Portfolio

Motivasi Kerja

Travel

Performance

Cute

My Place

Motivasi Kerja

Racing

Videos

» » Kekhawatiran Saat Ramadhan Berlalu
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama



Seorang ulama zuhud Makkah yang bernama Wuhaib bin Al Ward suatu saat bertemu dengan sekelompok orang yang mengumbar tawa di hari raya, maka beliau pun mengatakan,”Jika mereka diterima amalan puasanya maka apa yang mereka perbuat bukanlah bentuk rasa syukur dan jika puasa mereka tidak diterima apa yang mereka perbuatan bukanlah mencerminkan orang yang khawatir.”


Demikianlah para ulama terdahulu, merasa khawatir mengenai nasib ibadah mereka di bulan Ramadhan apakah diterima oleh Allah atau tidak. Karena dalam sabda Rasulullah Shallallahu Alalihi Wasallam disebutkan,”Barang siapa mendapati bulan Ramadhan namun ia tidak memperoleh ampunan maka ia masuk neraka dan Allah menjauhinya”. (Riwayat Ibnu Hibban dalam As Shahih)
Disampaikan Al Hafidz Ibnu Rajab dalam Al Lathai'f Al Ma'arif bahwa karena ibadah Ramadhan diterima sebagian ulama terdahulu berdoa selama enam bulan sebelum masuk Ramadhan agar diberi kesempatan bertemu dengan bulan Ramadhan kemudian mereka berdoa selama enam bulan juga agar amalan ibadah di saat Ramadhan diterima Allah Ta’ala.
Ibnu Rajab juga menyebutkan sebuah kisah bahwa seorang ulama terdahulu menampakkan kesedihan padahal saat itu adalah hari raya, hingga ada yang menyatakan kepadanya,”Sesungguhnya hari ini adalah hari penuh kegembiraan”. Maka ia pun menjawab,”Anda benar, akan tetapi saya adalah seorang hamba yang diperintahkan oleh majikan saya untuk melakukan suatu pekerjaan, sedangkan aku tidak tahu apakah pekerjaanku diterima atau tidak”.
Diriwayatkan juga dari Ali Radhiyallahu Anhu bahwa beliau menyeru pada akhir bulan Ramadhan,”Aduhai, siapa yang diterima amalannya di bulan ini hingga kita memberi selamat kepadanya dan siapa yang tertolak hingga kita menyampaikan duka cita kepadanya”.
Demikian pula apa yang disampaikan oleh Ibnu Mas’ud di akhir bulan Ramadhan,”Siapa yang diterima, hingga kami memberi ucapan selamat dan siapa saat ini yang tertolak hingga kami menyampaikan duka cita? Wahai mereka yang diterima selamat atas kalian. Wahai mereka yang tertolak Allah telah menetakan kepada kalian musibah!”

Menutup Ramadhan dengan Istighfar


Khalifah Umar bin Abdul Aziz pun ikut merasakan kekhawatiran akan tidak diterimanya amalan Ramadhan, hingga belikau menulis perintah ke seluruh wilayah yang berisi agar umat Islam menutup bulan Ramadhan dengan melakukan istighfar dan bersedekah, zakat fitrah. Karena sesungguhnya zakat fitrah mensucikan orang yang berpuasa dari permainana dan perbuatan tercela sedangkan istighfar membenahi puasa dari hal-hal yang merusak.
Senada dengan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, Ibnu Al Munkadar juga menyampaikan nasihat,”Puasa dalah perisai dari apa neraka selama ia belum terbakar dan perkataan buruk merupakan pembakar perisai ini sedangkan istighfar memperbaiki apa yang terbakar dari perisai itu”. Hingga Ibnu Dinar menyebutkan bahwa baginya katakutan tidak diterimanya amal lebih berat daripada melaksanakan amalan itu sendiri.
Jika demikian, pantaslah kalau disyariatkan untuk saling mendoakan kepada umat Islam lainnya saat hari raya dengan doa taqabballahu minna wa minkum, yakni semoga Allah menerima ibadah kami dan kalian. Benar-benar doa penuh harapan dan bukan sekedar ungkapan yang biasa disampaikan di saat Idul Fitri.

Sumber 

About Unknown

Beritabuzz.blogspot.com merupakan salah satu divisi pengembangan Portal Online Pengetahuan Umum dari Kios Buku Gema (Gemar Membaca)™.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar

Leave a Reply