Energi Baru Terbarukan merupakan energi anugerah dari Tuhan.
Panel Surya di Sistem Pembangkit Tenaga Hibrid, Srandakan, Bantul (Antara/Sigid Kurniawan)
VIVAnews - Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik menyatakan bahwa penggunaan energi baru terbarukan (EBT) saat ini baru mencapai 5,7 persen.
Untuk itu, Kementerian ESDM akan terus meningkatkan penggunaan EBT menjadi 26 persen pada 2025 dan 35 persen pada 2050 mendatang.
"Political will sudah diberikan Presiden. Dewan Energi Nasional juga telah mengeluarkan kebijakan. Jadi, sekarang tinggal waktunya dikerjakan," kata Wacik dalam Indonesia EBTKE Conex 2012 di Jakarta, Selasa 17 Juli
2012.
"Political will sudah diberikan Presiden. Dewan Energi Nasional juga telah mengeluarkan kebijakan. Jadi, sekarang tinggal waktunya dikerjakan," kata Wacik dalam Indonesia EBTKE Conex 2012 di Jakarta, Selasa 17 Juli
2012.
Menurut Wacik, dorongan untuk menggunakan energi terbarukan merupakan salah satu perintah Presiden yang diamanatkan kepada dirinya. Untuk itu, Kementerian ESDM terus merumuskan insentif fiskal bagi investor agar mau menanamkan investasi dalam EBT dan konservasi energi.
Salah satu insentif yang dipersiapkan, dia menambahkan, adalah menaikkan harga di hulu EBT. Diharapkan, dengan kenaikan itu akan menarik investor di bidang energi terbarukan tersebut.
Wacik menuturkan, berbeda dengan energi fosil yang harus digali terlebih dahulu, EBT merupakan energi anugerah dari Tuhan. "Untuk tenaga surya, Indonesia lebih kaya. Berbeda dengan batubara yang harus digali dan diangku," ujarnya.
Tenaga air di zaman Pak Harto, lanjutnya, dibuat dari berbagai bendungan untuk pembangkit listrik. Sekarang ini digalakkan kembali, karena banyak danau dan sungai yang belum dibangun.
Sementara itu, Wakil Presiden Boediono menyatakan, pemerintah memiliki komitmen 100 persen untuk mengembangkan EBT. Sebab, Indonesia memiliki banyak ragam dan volume energi baru terbarukan dan itu semua terdapat dalam kebijakan energi nasional.
Kebijakan energi nasional, lanjutnya, harus memenuhi tiga unsur yaitu keamanan energi, menjamin keberlangsungan pertumbuhan ekonomi, dan memperhatikan lingkungan hidup. "Kalau kita salah merumuskan
strategi energi kita, yang menanggung kita sendiri dalam kualitas hidup," katanya.
Boediono mengaku bahwa saat ini, energi nasional masih belum aman, boros, dan kotor. Namun, dengan teknologi pengembangan EBT yang maju pesat, semakin terjangkau, dan ekonomis, ketiga hal tersebut dapat diatasi.
Sementara itu, Wakil Presiden Boediono menyatakan, pemerintah memiliki komitmen 100 persen untuk mengembangkan EBT. Sebab, Indonesia memiliki banyak ragam dan volume energi baru terbarukan dan itu semua terdapat dalam kebijakan energi nasional.
Kebijakan energi nasional, lanjutnya, harus memenuhi tiga unsur yaitu keamanan energi, menjamin keberlangsungan pertumbuhan ekonomi, dan memperhatikan lingkungan hidup. "Kalau kita salah merumuskan
strategi energi kita, yang menanggung kita sendiri dalam kualitas hidup," katanya.
Boediono mengaku bahwa saat ini, energi nasional masih belum aman, boros, dan kotor. Namun, dengan teknologi pengembangan EBT yang maju pesat, semakin terjangkau, dan ekonomis, ketiga hal tersebut dapat diatasi.
Menurutnya, salah satu hal yang bisa mempercepat meningkatkan peran EBT adalah listrik. Sebab, Indonesia kaya akan sumber panas bumi. Untuk itu, ia meminta agar Kementerian ESDM membuat kebijakan yang tepat dan komprehensif, dari level terendah seperti bupati hingga level tertinggi.
"Seluruh instansi ikut bertanggung jawab melaksanakannya. Tidak ada alasan untuk tidak mengembangkan EBT, kalau kerangka ini dirumuskan dengan baik," tutur Wapres. (asp)
"Seluruh instansi ikut bertanggung jawab melaksanakannya. Tidak ada alasan untuk tidak mengembangkan EBT, kalau kerangka ini dirumuskan dengan baik," tutur Wapres. (asp)
Tidak ada komentar