Laba sektor hulu Chevron anjlok 18% akibat turunnya harga gas alam.
(REUTERS/Fred Prouser/Files)
VIVAnews - Anjloknya harga gas alam di Amerika Serikat membuat Chevron Corp kalang kabut. Bagaimana tidak, produsen minyak dan gas terbesar kedua di Amerika Serikat ini labanya turun 7 persen pada kuartal kedua ini. Namun demikian, tingginya marjin di kilang bahan bakar bisa menahan laju penurunan laba perusahaan.
Seperti saingannya yang lebih besar, Exxon Mobil Corp, Chevron juga menghadapi turunnya harga gas alam AS akibat dimulainya produksi shale gas, yang telah menjadi pedang bermata dua bagi perusahaan AS.
Tapi, Chevron jauh lebih beruntung, karena tidak begitu bergantung pada gas Amerika Utara. Gas alam AS Chevron hanya 5 persen dari cadangan, sedangkan Exxon mencapai 18 persen.
Kantor berita Reuters, Minggu 29 Juli 2012 melaporkan, produksi minyak dan gas Chevron pada kuartal kedua turun menjadi 2,62 juta barel setara minyak per hari dari 2,69 juta barel per hari pada tahun sebelumnya. Ini mengejutkan para investor, karena produksi ini di bawah target 2012, yaitu 2,68 juta barel per hari.
George Kirkland, wakil ketua yang juga mengurusi produksi Chevron, menyalahkan shutdown lapangan Frade di Brasil setelah terjadi tumpahan. Sementara itu, pada kuartal ketiga akan terjadi pemeliharaan di lapangan Tengizchevroil di Kazakhstan yang memproduksi 300 ribu bph, dan penundaan startup Proyek LNG Angola senilai US$10 miliar.
Kirkland sekarang mengharapkan pengiriman pertama gas alam cair dari Proyek LNG Angola, di mana Chevron memiliki saham 36,4 persen, bisa dilakukan pada September. Meleset dari target semula Juni.
Anehnya, saham Chevron justru melonjak mencapai rekor tertinggi dalam empat bulan, meski terjadi penurunan harga gas alam AS hingga 50 persen. Pada perdagangan Jumat, saham Chevron naik 0,9 persen menjadi US$109,26.
"Saya pikir itu adalah kuartal yang luar biasa," kata Edward Jones analis Brian Youngberg. "Sektor hilir adalah alasan utama untuk mengalahkan penurunan ini."
Harga minyak yang terus menurun membantu biaya penyulingan lebih rendah, dan otomatis marjin labanya pun meningkat.
Secara keseluruhan, Chevron mengatakan laba bersih kuartal kedua turun menjadi US$7,2 miliar atau US$3,66 per saham, dari US$7,7 miliar atau US$3,85 per saham pada kuartal tahun lalu.
Sektor hulu yang memproduksi minyak dan gas mengalami penurunan laba hingga 18 persen menjadi US$5,6 miliar, sedangkan bisnis hilir menoreh keuntungan dengan peningkatan 80 persen menjadi US$1,88 miliar. (art)
Tidak ada komentar