Oleh Satyo Fatwan, Managing Partner Dunamis Organization Services
Sebutlah namanya Ramzi. Dia pekerja ulet yang menginspirasi banyak
orang. Sebagai ahli di bidang komputer, pekerjaannya di divisi informasi
dan teknologi selalu terselesaikan dengan baik. Namun, itu dulu,
setidaknya satu-dua bulan yang lalu. Ramzi yang sekarang adalah pekerja
yang kehilangan kepercayaan terhadap perusahaan. Ibarat kekasih yang
patah hati, Ramzi yang tadinya bersemangat penuh bunga-bunga, kini
menjadi kelam. Dia kehilangan kepercayaan.
Kasus seperti Ramzi yang kehilangan kepercayaan terhadap perusahaan
seperti ini sering terjadi. Alih-alih memperhatikan, banyak manajer yang
justru menganggapnya biasa saja. “Maklum, dia kan sudah lama bekerja,
sudah senior…” atau “Dia sudah dewasa, tentu sudah bisa menata diri
sendiri…” Bahkan, menurut mitos, kehilangan kepercayaan seperti itu
tidak bisa dikembalikan lagi seperti semula. Ibarat hati yang telah
patah, tidak ada lagi kesempatan kedua untuk kembali seperti sedia kala.
Simpan kata-kata penuh romansa itu. Jangan segera menilai begitu
saja. Kebanyakan kesalahan tidaklah bersungguh-sungguh. Jangan pula
bertindak seperti Tuhan yang bisa mengerti isi hati orang lain. Salah
satu fondasi dari kepercayaan adalah pemberian maaf. Walaupun begitu,
menurut Stephen MR Covey, pemberian maaf dan kepercayaan itu tidaklah
sama.
Anda bisa memaafkan seseorang tanpa memperkaya smart trust
kepada orang itu. Walaupun begitu, pemberian maaf memberi kesempatan
kepada Anda. Hal ini akan membebaskan Anda dari pikiran-pikiran yang
selalu mengarah kepada kesalahan, kelemahan, dan segala pilihan-pilihan
celaka yang lain.
Empat Kredibilitas
Manakala Anda kehilangan kepercayaan, di mana pun itu, segera
perhatikan empat inti kredibilitas (integritas, kesungguhan,
kapabilitas, dan hasil) yang disarankan oleh Stephen MR Covey dalam buku
Smart Trust. Bersiap pula menggunakan matriks dan tiga langkah untuk memulihkan kepercayaan.
Bila melihat contoh kasus Ramzi di atas sebagai dasar pembuatan
skenario rencana kerja, di langkah pertama, kita perlu melihat situasi
sekarang yakni mendeskripsikan apa yang sedang terjadi.
Ramzi adalah pekerja senior di bidang IT. Dia jago dalam pekerjaannya
tetapi sedang bosan sehingga tidak produktif lagi. Empat kali sudah ia
mangkir kerja. Dua pekerjaan terakhir tidak diselesaikan tepat waktu
sehingga divisi lain harus menanggung akibatnya. Beberapa pekerjaannya
bahkan tidak dikerjakan sama sekali sehingga rekan kerjanya harus
menanggung beban kerja yang ia tinggalkan. Dia pun terancam untuk
dimutasi bahkan diberhentikan.
Kemudian, lakukan langkah ketiga, membuat rencana kerja. Apa yang akan Anda lakukan dalam tahapan ini? Menunjukkan kesetiaan. Ramzi adalah sosok berdedikasi tinggi yang setia terhadap perusahaan. Anda perlu menunjukkan kepada Ramzi bahwa dia sebenarnya memiliki kesetiaan yang tinggi. Bahkan, mungkin lebih dari Anda sendiri.
Lebih dari kebanyakan orang di perusahaan. Hal ini semancam reminder terhadap masa-masa indah. Sama seperti mengatasi seorang kekasih yang sedang jenuh atau ngambek, strategi yang umum dilakukan adalah mengingatkan akan kenangan-kenangan indah terlebih dahulu.
Ingat, jangan menilai orang lain terlalu cepat. Anda bukan Tuhan yang
tahu segala hal. Bukan pula nabi yang mendapat mandat dari Tuhan untuk
menjadi orang suci di tanah yang dijanjikan.
Luangkan Waktu
Tanyakan apa yang terjadi padanya. Luangkan waktu untuk mendengarkan.
Bersiap-siap untuk diam manakala dia sudah bercerita. Tahan segala
pendapat Anda dan biarkan dia berkisah tentang hidupnya. Gunakan sesi
ini untuk mulai mendapatkan kepercayaan dari Ramzi.
Setelah menunjukkan kesetiaan dan mendengarkan cerita versinya,
saatnya untuk berterus terang. Ya, berterus teranglah. Stephen MR Covey
selalu mewanti-wanti agar kita menempatkan transparansi sebagai perkara
yang harus dijaga.
Kadang, kejujuran itu pahit. Apalagi budaya di Indonesia sering
menjadi penghalang dalam hal berterus terang ini. Akan tetapi,
nilai-nilai baik dari kepercayaan adalah universal. Setiap orang ingin
dipercayai dan memercayai. Itu sudah kodrati dan keterusterangan adalah
pintu menuju saling percaya yang hakiki.
Segera bicara kepada Ramzi tentang fakta-fakta. Ia harus tahu bahwa
ada konsekuensi-konsekuensi yang harus dihadapi akibat tingkah lakunya
selama ini. Walau begitu, tunjukkan pula bahwa masih ada jalan lapang
untuk kembali menang. Jangan berhenti di titik ini. Saat inilah Anda
harus menunjukkan bahwa Anda siap mendukungnya apabila dia bisa mengubah
perilakunya. Dia harus segera menentukan sikap agar tidak
berlarut-larut sehingga tak tertolong lagi.
Bukan tidak mungkin dia akan menolak habis-habisan usul Anda. Namun,
kepercayaan adalah sebuah proses yang tidak instan. Mungkin Anda
melewatkan beberapa detail penting dalam pembicaraan itu. Atau, Anda
mengabaikan fakta bahwa sebenarnya Ramzi adalah seorang pemalu yang
sulit mengemukakan isi hati dan kesediaannya.
Apabila dia sudah bersedia, buatlah rencana yang lebih mapan.
Akuntabilitasnya harus dijaga. Anda bisa menjadwalkan untuk rapat
dengannya dua kali seminggu. Hal ini berguna untuk semakin menguatkan
kepercayaan di kedua belah pihak: Anda dan Ramzi.
Itu adalah skenario sederhana. Kisah-kisah serupa sering terjadi
dalam keseharian kita dalam variasi yang berbeda. Segera buat matriksnya
dan atur langkah-langkah pemulihannya segera, manakala Anda
menemukannya.
Tidak ada komentar